Pontianak (Antara Kalbar) - Sebanyak 13 replika naga yang ada di Kota Pontianak, Selasa, melakukan ritual "naga tutup mata" di sebuah kelenteng sebelum replika naga tersebut dibakar untuk mengirim roh naga tersebut ke kayangan.
"Ke-13 naga tersebut, ada yang melakukan ritual naga tutup mata di Kelenteng Kwan Tie Bio di Jalan Diponegoro dan kelenteng masing-masing sebelum melakukan ritual terakhir, yakni ritual pembakaran dengan maksud mengirim roh naga tersebut ke kayangan," kata Ketua Panitia Perayaan Cap Go Meh Kota Pontianak 2016, Riko Sugiarto, di Pontianak.
Ia menjelaskan khusus naga langit melakukan ritual naga tutup mata di Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, karena naga tersebut memang berasal dari sana, untuk replika naga yang ritual naga tutup mata di Kelenteng Kwan Tie Bio di Jalan Diponegoro sebanyak delapan ekor, sementara sisanya di masing-masing kelenteng yang ada di Pontianak.
Sebelumnya replika naga tersebut, juga melakukan ritual naga buka mata dengan maksud memberikan kekuatan kepada naga tersebut untuk mengusir pengaruh roh-roh jahat di kawasan pecinan, yakni Jalan Gajahmada, Tanjungpura, dan sekitarnya.
Adapun naga-naga yang telah melakukan ritual tutup mata, diantaranya milik perorangan, yakni replika naga Merah Putih, Surya Mas, Mutiara Cakra, Bakti Suci, dan Naga Langit.
Selanjutnya, replika naga milik Yayasan Pemadam Kebakaran (YPK) Siantan, Khatulistiwa, Budi Pekerti, Panca Bhakti, dan dua naga dari MABT (Majelis Adat Budaya Tionghoa), kemudian Naga Perdamaian, dan dari Seni Permainan Naga, Barongsai dan Tatung.
Riko menambahkan, ritual "naga tutup mata" dilakukan oleh seorang suhu yang kerasukan arwah, lalu kemudian suhu tersebut memberikan tanda hitam pada mata naga yang sebelumnya diberi tanda merah.
Ia menambahkan, menurut kepercayaan, setiap naga yang melakukan ritual buka mata, pada hari ke-16 Imlek harus dibakar agar tidak membuat bahaya bagi pemain naga tersebut.
Replika naga yang telah menjalani ritual "naga tutup mata" kemudian dibakar di pemakaman Tionghoa milik YBS Pontianak di Jalan Adisucipto, Kabupaten Kubu Raya, dan pemakaman Tionghoa di Siantan, dengan maksud mengirim kembali arwah naga ke kayangan setelah diundang ke bumi untuk membersihkan roh-roh jahat.
(A057/E001)