Pontianak (Antara Kalbar) - Pemkab Kapus Hulu bekerjasama dengan Millenium Challange Account - Indonesia (MCA-I) dalam mengelola proyek hutan rawa gambut berbasis masyarakat yang merupakan hibah dari pemerintah Amerika.
"Hibah tersebut bantuan pemerintah Amerika untuk proyek kemakmuran hijau dalam bentuk Program Hibah Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PHSDABM)," kata District Rellationship Manager MCA-I, Dessy Ratnasari dalam keterangan tertulisnya di Pontianak, Jumat.
Ia mengatakan, program hibah itu bagian dari fasilitas kemakmuran hijau untuk memobilisasi partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam energi terbarukan serta praktik tata guna lahan yang berkelanjutan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekaligus mengurangi emisi karbon di Indonesia.
"Khusus di Provinsi Kalimantan Barat, proyek ini dikerjakan oleh tujuh konsorsium yang terdiri dari lembaga swadaya masyarakat yang bekerja di dua kabupaten yaitu dua konsorsium di Kabupaten Sintang dan lima konsorsium di Kabupaten Kapuas Hulu," ungkapnya.
Dia berharap program itu bisa bersinergi dengan program Pemkab Kapuas Hulu dan mendapatkan dukungan yang kongkrit dari berbagai stakeholder serta seluruh pihak kedepannya.
Kepala Bappeda Kabupaten Kapuas Hulu, Mauluddin mengatakan, pihaknya menyambut baik dengan adanya dukungan proyek itu yang secara tidak langsung juga membantu pekerjaan pemerintah daerah dalam membangun perekonomian masyarakat.
Ia berharap apa yang dikerjakan dalam proyek manfaatnya bisa benar-benar dirasakan masyarakat.
Ia juga menyarankan kepada setiap LSM yang tergabung dalam konsorsium tersebut untuk rutin melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, supaya hasil yang dikerjakan bisa lebih maksimal.
Salah satu konsorsium yang bekerja dalam proyek ini adalah konsorsium yang dipimpin Yayasan Dian Tama dengan beranggotakan enam lembaga lain yaitu Komunitas Pariwisata Kapuas Hulu (Kompakh), Perkumpulan Kaban, Yayasan Riak Bumi, WWF-Indonesia, Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS), dan LPS AIR.
Sementara itu, Project Leader Konsorsium Dian Tama, Thomas Irawan Sihombing mengatakan pihaknya akan memfokus, yakni pengelolaan hutan gambut, perhutanan sosial, komoditas berkelanjutan, dan energi terbarukan dalam skala kecil.
"Proyek yang dikerjakan Konsorsium Dian Tama ini bertujuan untuk mengelola sumberdaya hutan rawa gambut, guna meningkatkan produktivitas melalui peningkatan nilai tambah produk unggulan masyarakat dan pemanfaatan energi terbarukan, serta praktik pencegahan kebakaran hutan (lahan) gambut," ujar Irawan.
Menurut dia, proyek ini juga akan meningkatkan kapasitas dan kerjasama dengan mitra lokal dengan komposisi penerima manfaat langsung yaitu 1.000 kepala keluarga dari 39 kelompok petani madu hutan (Periau) dan 150 kepala keluarga perempuan nelayan yang tergabung dalam sub sentra Asosiasi Periau Madu Hutan serta menyasar 100 kepala keluarga anggota dari tiga kelompok ekowisata di Sungai Leboyan.
Ia menambahkan, kawasan kerja proyek ini merupakan bagian dari daerah tangkapan air DAS Kapuas dan sub-DAS Leboyan-Labian yang dinamakan upper Kapuas Basin, yang wilayahnya merupakan komplek hutan rawa dan sebagian hutan kering dataran rendah.
Sebagian hutan rawa itu tumbuh di atas tanah yang bergambut yang dari tahun ke tahun semakin terancam oleh kebakaran dan alih fungsi lahan. Namun, masyarakat yang berdiam di kawasan itu, hidup berdampingan dengan kondisi alam maupun perubahan lingkungannya.
"Proyek ini melanjutkan apa yang telah dicapai dalam proyek sebelumnya yaitu pengembangan madu hutan organis yang dilaksanakan oleh Aliansi Organis Indonesia, dengan dukungan Tropical Forest Coservation Act (TFCA) Kalimantan," katanya.