Pontianak (Antara Kalbar) - Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya mengatakan, Pemprov Kalbar akan mendorong tim Restorasi Gambut yang dibentuk diprovinsi itu agar bisa melakukan pengelolaan gambut yang berkelanjutan.
"Berdasarkan SK Gubenur Kalbar tentang Pembentukan Tim Restorasi Gambut setempat disahkan 21 April 2016 beranggotakan berbagai stakeholder seperti pemerintah daerah, akademisi, lembaga swadaya masyarakat dan asosiasi swasta," kata Christiandy di Pontianak, Selasa.
Dia mengatakan, upaya tersebut dilakukan karena pemprov Kalbar menyadari bahwa upaya menanggulangi kerusakan ekosistem gambut membutuhkan kerja sama dan dukungan dari semua stakeholder terkait.
"Adanya kerja sama ini tentu kita harapkan dapat menentukan Iangkah bersama menuju pengelolaan usaha gambut yang berkelanjutan. Karena tak dapat dipungkiri bahwa ekosistem gambut merupakan bagian dari sumberdaya alam yang mempunyai banyak fungsi," tuturnya.
Christiandy menjelaskan, beberapa fungsi dari ekosistem gambut adalah untuk pelestarian sumberdaya air, peredam banjir, pencegah intrusi air laut, pendukung berbagai kehidupan/keanekaragaman hayati, pengendali iklim (me|a|ui kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon) dan sebagainya.
Upaya aktif lainnya yang dilakukan oleh provinsi Kalimantan Barat dan stakeholder terkait dalam pengelolaan gambut yang berkelanjutan adalah diluncurkannya hasil perhitungan FREL (forest reference emission level) pada bulan agustus lalu di mexico pada pertemuan tahunan GCF Task Force (Governors Climate Change And Forest Task Force).
Pada pertemuan tersebut, Gubernur Kalimantan Barat telah meluncurkan laporan hasil perhitungan FREL yang merupakan acuan dalam perhitungan emisi berbasis hutan dan lahan yang salah satunya adalah perhitungan emisi karbon di ekosistem gambut.
Hal itu merupakan salah satu bentuk capaian dan upaya dukungan Kalimantan Barat untuk melakukan pengelolaan gambut yang berkelanjutan.
"Kita bersama menyadari bahwa pengelolaan gambut yang berkelanjutan membutuhkan kepedulian kita bersama dalam mengatasi berbagai masalah yang sangat komplek," katanya.
Dia menambahkan, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki lahan gambut yang luas. Berdasarkan interpretasi citra satelit, Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia yaitu sekitar 21 juta hektar atau 11,48 persen dari luas daratan Indonesia yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Lahan gambut di Indonesia yang tersebar di pulau sumatera 8,9 juta hektar (34.8 persen), pulau kalimantan 5.8 juta hektar (22.7 persen) dan pulau irian 10.9 juta hektar (42.6 persen). Di wilayah sumatera, sebagian besar gambut berada di pantai timur, sedangkan di Kalimantan ada di provinsi Kalimantan Barat, Tengah dan Selatan.
Ekosistem gambut di Indonesia saat ini mengalami banyak kerusakan sejak dua dekade terakhir dan berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan.
Rusaknya ekosistem gambut ini dikarenakan berbagai aktivitas seperti konversi lahan gambut untuk lahan perkebunan, transmigrasi, pertanian, kehutanan (hutan tanaman industri) dan lainnya yang mengakibatkan hilangnya vegetasi diatasnya.
"Selain itu, rusaknya ekosistem gambut sering juga dikarenakan adanya kegiatan membuka lahan dengan cara membakar yang menyebabkan kerusakan ekosistem gambut secara besar-besaran," katanya.
Sebagai salah satu provinsi yang memiliki lahan gambut yang Iuas yaitu mencapai 1,68 juta hektar, Kalimantan Barat telah aktif dalam upaya mengurangi kerusakan ekositem gambut akibat kegiatan manusia.
"Salah satunya adalah membentuk tim restorasi gambut melalui SK Gubernur Kalbar nomor 236/BLHD/2016 tentang Pembentukan Tim Restorasi Gambut Provinsi Kalimantan Barat," kata Christiandy.