Ngabang (Antara Kalbar) – Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Landak, Banda Kolaga mengatakan perlunya penanaman pohon di daerah aliran sungai serta normalisasi sungai untuk mengantisipasi terjadinya banjir.
Karena saat ini sungai dangkal dan banyak kawasan sudah menjadi perkebunan kelapa sawit.
"Banjir besar yang pernah terjadi di Kabupaten Landak pada tahun 2002 hingga sekarang masih sering banjir, karena adanya perubahan global yang terjadi pada iklim saat ini," kata Banda Kolaga di Ngabang, Kamis.
Banda mengatakan, jika dahulu kawasan tersebut banyak pepohonan, tapi sekarang sudah dibuka lahan perkebunan kelapa sawit.
Sehingga harus tanaman kayu yang bisa menahan penyerapan air hujan.
"Kita lihat pada tahun 2016 kebawah di daerah kecamatan Meranti, Banyuke Hulu, kemudian Kuala Behe yang sekarang sudah muncul perkebunan. Aturan perkebunan yang menanam sawit di tepi sungai harus ada jarak 100 meter," ungkap Banda.
Sehingga guna antisipasi terjadi banjir, ia sudah memberikan saran kepada instansi terkait. Bahkan sudah diungkapkan dengan Dirjen Kehutanan saat dirinya Diklatpim, bahwa dua solusi untuk mengantisipasi banjir yakni perlu penanaman pohon yang bermanfaat agar tidak ditebang masyarakat.
"Misal tanaman karet. Jika dalam waktu tujuh tahun akan sayang ditebang, sehingga bisa bertahan untuk daya serap air," ujarnya.
Penanaman pohon perlu dilakukan di kawasan DAS selanjutnya normalisasi sungai. Karena banyak sungai mengalami pedangkalan akibat pertambangan emas di perhuluan sungai.
"Jadi, untuk antisipasi ancaman banjir, puting beliung dan tanah longsor, harus bersama semua pihak terkait," ujar Banda.