Di sanalah sidang kasus
penistaan agama dengan terdakwa Basuki Purnama digelar. Dulu, kompleks
Kementerian Pertanian itu juga menjadi lokasi persidangan dugaan KKN
atas diri Presiden Soeharto mulai 31 Agustus 2000 namun tidak pernah dia
hadiri dengan alasan sakit.
"Sepanjang masih dalam keadaan tertib, kami tidak akan bubarkan. Tapi jika ada potensi itu, semua kelompok akan kami bubarkan, tidak cuma satu, tapi semuanya kami bubarkan," tegas Suntana saat memantau lokasi luar sidang, Selasa.
Kendati demikian, Suntana menjelaskan, polisi telah menyiapkan langkah-langkah mencegah gesekan massa, salah satunya dengan membangun sekat pemisah antar kelompok pendukung dan penentang Purnama menggunakan mobil perintis Barracuda dan meriam air.
Selain itu, polisi juga memantau pergerakan para demonstran sehingga jika ada oknum yang mencoba masuk ke kelompok lain untuk memprovokasi bisa langsung ditarik agar kembali ke barisan kelompoknya.
"Yang jelas penyekatan, sterilisasi, batas antar kedua kelompok ini kita buat sedemikian rupa supaya mencegah konflik. Jika ada yang masuk (ke barisan kelompok lain), kami ingatkan untuk kembali ke kelompoknya," tambah Suntana.
Pantauan di lokasi, kedua kubu demonstran masih berorasi. Pendukung Purnama membacakan puisi tentang jasa-jasa dia selama memimpin DKI Jakarta, sementara kelompok penentang Purnama berorasi sambil meneriakkan takbir dan shalawat.
Sejumlah anggota aksi dari kedua kubu sempat turun ke jalur TransJakarta untuk berorasi sehingga mengganggu laju kendaraan umum yang masih diizinkan melintas di depan Gedung Kementerian Pertanian. Hal itu membuat Kepala Polres Jakarta Selatan, Komisaris Besar Polisi Iwan Kurniawan, sempat menegur kedua kubu.
"Mari kita jaga ketertiban. Sadarilah lokasi kegiatan ini terbatas jadi saya minta sodara-sodara berkumpul di tempat yang sudah ditentukan, di belakang mobil komando," kata dia melalui pengeras suara.
"Sepanjang masih dalam keadaan tertib, kami tidak akan bubarkan. Tapi jika ada potensi itu, semua kelompok akan kami bubarkan, tidak cuma satu, tapi semuanya kami bubarkan," tegas Suntana saat memantau lokasi luar sidang, Selasa.
Kendati demikian, Suntana menjelaskan, polisi telah menyiapkan langkah-langkah mencegah gesekan massa, salah satunya dengan membangun sekat pemisah antar kelompok pendukung dan penentang Purnama menggunakan mobil perintis Barracuda dan meriam air.
Selain itu, polisi juga memantau pergerakan para demonstran sehingga jika ada oknum yang mencoba masuk ke kelompok lain untuk memprovokasi bisa langsung ditarik agar kembali ke barisan kelompoknya.
"Yang jelas penyekatan, sterilisasi, batas antar kedua kelompok ini kita buat sedemikian rupa supaya mencegah konflik. Jika ada yang masuk (ke barisan kelompok lain), kami ingatkan untuk kembali ke kelompoknya," tambah Suntana.
Pantauan di lokasi, kedua kubu demonstran masih berorasi. Pendukung Purnama membacakan puisi tentang jasa-jasa dia selama memimpin DKI Jakarta, sementara kelompok penentang Purnama berorasi sambil meneriakkan takbir dan shalawat.
Sejumlah anggota aksi dari kedua kubu sempat turun ke jalur TransJakarta untuk berorasi sehingga mengganggu laju kendaraan umum yang masih diizinkan melintas di depan Gedung Kementerian Pertanian. Hal itu membuat Kepala Polres Jakarta Selatan, Komisaris Besar Polisi Iwan Kurniawan, sempat menegur kedua kubu.
"Mari kita jaga ketertiban. Sadarilah lokasi kegiatan ini terbatas jadi saya minta sodara-sodara berkumpul di tempat yang sudah ditentukan, di belakang mobil komando," kata dia melalui pengeras suara.