Pontianak (Antaranews Kalbar) - Petani karet di Sentra Karet Barese di Desa Labian Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar, telah berhasil meningkatkan kualitas produksi setelah menerapkan sistem kontrol internal sehingga harga produk yang dihasilkan mencapai Rp10.000 hingga Rp14.000 per kilogram.
"Sistem pengawasan kualitas karet oleh petani atau biasa disebut Internal Control System atau ICS sangat penting dan efektif untuk menjaga kualitas karet dari `akarnya," kata Social Economy Officer WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat Faiza Libby Shabira Lubis saat dihubungi di Pontianak, Selasa.
WWF Indonesia Program Kalbar melakukan pendampingan kepada petani di wilayah itu terlebih karet sebagai sumber penghasilan dalam beberapa waktu terakhir mengalami penurunan harga.
Libby melanjutkan selama proses pendampingan, petani sebenarnya cukup menguasai proses sejak pemilihan bibit hingga produksi getah karet.
"Hanya saja belum terbiasa dengan administrasi produksi dan lebih mengutamakan kuantitas yang dihasilkan," ujar dia.
Kondisi lebih mementingkan kuantitas dibanding kualitas itu harus diakui menjadi salah satu pemicu anjloknya harga karet di tingkat pasar. Bahkan harga karet dengan kualitas rendah, berkutat di kisaran Rp6.000-Rp7.000 per kilogramnya.
CEO Kirana Megatara Grup Regional Kalbar, Andy Budi Hartawan menuturkan, pihaknya ikut mendorong agar petani melakukan budidaya karet yang dianjurkan agar harganya tidak terus terpuruk.
"Mulai dari cara panen sampai pascapanen harus sesuai pedoman budidaya karet yang benar," katanya.
Upaya petani di Sentra Karet Barese dinilai sangat baik dan patut dicontoh serta disebarluaskan kepada petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani lainnya di Kalbar.
Kualitas bokar yang dihasilkan petani Sentra Karet Barese juga dinyatakan sudah sesuai dengan SNI 06-2047-2002 dari Unit Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Barang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Barat.
Libby menambahkan usaha petani Sentra Karet Barese ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas bokar agar perekonomian petani meningkat.
ICS yang telah dijalani oleh petani Sentra Karet Barese juga merupakan upaya memperbaiki kawasan-kawasan yang kritis dan menjaga keseimbangan ekosistem melalui penerapan agroforestri di Kabupaten Kapuas Hulu sebagai kabupaten konservasi.
Forest Coordinator Hulu Kapuas Landscape WWF-Indonesia Hendri Ziasmono mengatakan agroforestri karet merupakan upaya pemanfaatan lahan yang produktif serta penyerapan karbon.
"Kami berharap upaya ini dapat mereduksi konflik manusia dan satwa serta mengurangi tekanan eksploitatif lainnya di kawasan hutan," katanya.
Apalagi, jelas Hendri, Koridor Taman Nasional Betung Kerihun-Danau Sentarum di Kapuas Hulu adalah salah satu habitat utama orangutan Kalimantan(Pongo pygmaeus pygmaeus).
Ia berharap pemerintah daerah, perusahaan karet, maupun organisasi-organisasi masyarakat sipil, berkomitmen kuat dan saling bersinergi agar pengembangan bokar berkualitas dapat terus dilakukan.
Petani karet Labian tingkatkan kualitas melalui ICS
Selasa, 16 Januari 2018 17:06 WIB