Pontianak (Antaranews Kalbar) - Pemerintah Kabupaten Mempawah, Kalbar telah menyatakan dalam status siaga darurat bencana asap, karena sejumlah lahan gambut di beberapa kecamatan di kabupaten itu mengalami kebakaran sebagai dampak musim kemarau.
"Penetapan status siaga darurat bencana asap akibat Karhutla itu sudah kami tegaskan melalui SK Bupati Mempawah No. 85/2018," kata pelaksana tugas (Plt) Bupati Mempawah, Gusti Ramlana, Minggu.
Ia menjelaskan, status siaga darurat bencana asap akibat Karhutla berlaku sejak 13 Februari 2018 lalu hingga 30 Juni 2018 mendatang.
Menurut Gusti Ramlana kondisi cuaca kemarau yang terjadi di Kabupaten Mempawah relatif belum lama. Namun, telah menimbulkan efek yang besar, sehingga sejumlah titik api mulai terpantau di beberapa wilayah.
"Saya harapkan kepada BPBD dapat memberikan kejelasan dan memetakan kawasan mana saja yang rawan Karhutla di Mempawah," ungkapnya.
Baca juga: Puluhan hektare lahan gambut terbakar
Ia menegaskan penentuan status siaga darurat dapat diartikan sebagai upaya penanggulangan yang masih bersifat rutin dan fungsioanal, yang ditangani satuan kerja terkait.
"Dalam penanganan Karhutla di Mempawah ke depannya bisa saja dilakukan bersama instansi lain agar lebih efektif," katanya.
Sebelumnya, Kepala Kantor Stasiun Klimatologi BMKG Mempawah, Wandayantolis memperkirakan dalam sepekan ke depan beberapa wilayah hulu Kalimantan Barat masih berpotensi turun hujan sedang, dan sebagian wilayah lainnya juga berpotensi muncul titik api.
Secara umum potensi curah hujan di wilayah Kalbar diperkirakan berkisar antara 10-50 mm selama lima hari ke depan, di mana wilayah pesisir diperkirakan terjadi curah hujan yang lebih rendah dibanding wilayah hulu.
Sedangkan suhu udara di wilayah Kalbar pada lima hari ke depan diperkirakan berkisar antara 23 hingga 31 derajat selsius. Di mana wilayah pesisir diperkirakan lebih panas dari biasanya, katanya.
Berdasarkan prospek iklim Pentad tersebut, BMKG Mempawah kembali mengimbau kepada warga untuk waspada terhadap dampak asap di sekitar wilayah terpantau titik api di Kalbar, akibat adanya jeda hujan tersebut.
"Selain itu, dengan adanya potensi hujan yang terjadi di akhir pentad terutama di wilayah hulu Kalbar, diharapkan masyarakat tidak langsung menggunakan air hujan pertama turun untuk kegiatan konsumsi, karena jeda hujan yang berlangsung lama berpotensi meningkatkan kadar keasaman air hujan tersebut," kata Wandayantolis.