Pontianak (Antaranews Kalbar) - Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie meresmikan Kelas Transisi Pusat Layanan Autis (PLA) Kota Singkawang tahun 2018.
"Kelas transisi ini sangat penting keberadaannya untuk mempersiapkan anak-anak berkebutuhan khusus (istimewa) memasuki pendidikan formal," kata Tjhai Chui Mie, Senin.
Untuk itu, menurutnya, semua pihak tanpa terkecuali berkewajiban mendukung kegiatan ini. "Ini sebagai langkah persiapan anak-anak istimewa yang akan memasuki pendidikan formal," ujarnya.
Dia meminta kepada para perwakilan sekolah agar melakukan deteksi dini dan mendata siswa yang tergolong istimewa. Jika terdapat siswa istimewa, katanya, maka pihak sekolah melibatkan orang tua untuk berkoordinasi langsung dengan PLA.
"Jika ditemukan siswa istimewa agar dikoordinasikan ke PLA. Minta assesmen kondisi siswa tersebut dan mungkin mendapatkan saran dan masukan dari para terapis," ungkapnya.
Hal ini menjadi penting, agar tidak terdapat diskriminasi, pem-bully-an bahkan tindakan-tindakan yang menjurus pada pembatasan hak anak untuk bersosialisasi, bermain dan belajar dengan nyaman di sekolah.
Selain itu, katanya, pembekalan pengetahuan guru tentang bagaimana cara penanganan anak-anak istimewa harus secara intensif diberikan.
"Ke depan, kita berharap keberadaan kelas transisi ini akan memberikan kesiapan mental orangtua dan anak untuk memasuki sekolah formal yang lebih baik," jelasnya.
Suatu hal yang membanggakan, kata Tjhai Chui Mie, dimana Kota Singkawang dan Kota Pontianak menjadi kota di Kalimantan Barat yang dipilih oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk memberikan layanan terapis bagi siswa istimewa.
"Akses layanan terapis autis ini tidak hanya sebatas melayani masyarakat di Kota Singkawang, bahkan melayani juga masyarakat di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bengkayang," katanya.
Dia berharap, kedepan ada bentuk kerja sama antarpemerintah daerah terdekat yang bisa memberikan perhatian lebih terhadap keberadaan layanan terapis anak istimewa. Peran orang tua juga diharapkan memberikan dukungan penuh terhadap perkembangan anak-anaknya.
"Sehingga metode terapi tidak hanya mengandalkan terapis di PLA saja, tapi juga dapat dilanjutkan di rumah masing-masing," ujarnya.
Sementara Ketua Pusat Layanan Autis (PLA) Kota Singkawang, Hj Nirwana Ismail mengajak orang tua dan masyarakat agar lebih menyayangi anak-anak autis, dan tetap memperlakukan mereka seperti anak normal lainnya.
"Kita harus membuka mata khususnya penderita autis, karena kita kurang dan kurang terima, karena anak merupakan Tuhan Yang Maha Kuasa," katanya.?
Saat ini, katanya, anak-anak yang terindikasi autis di Pusat Layanan Autis Singkawang berjumlah 33 orang dan dibantu dengan 10 tenaga terapis.
Hadirnya Pusat Layanan Autis (PLA) Kota Singkawang diharapkan dapat membantu para orang tua dan masyarakat yang anaknya terkena autis.
"Sejak mulai operasional pada 2016 lalu, PLA Singkawang sudah melayani terapi bagi anak-anak penderita autis baik Kota Singkawang, Kabupaten Sambas dan Bengkayang," ungkapnya.
Nirwana meyakini, dengan orang tua memberikan kasih sayang dan tetap memandang mereka seperti anak normal lainnya, maka orang tua sudah mewujudkan kemandirian bagi anak penderita autis.
"Kita tidak boleh memarginalkan mereka, dan lebih bersyukur serta memperhatikan dan menyanyangi dan memberikan kasih sayang yang tulus kepada mereka," katanya.
Baca juga: Hari Autis Dirayakan dengan Bermusik
Baca juga: Puluhan Anak Berkebutuhan Khusus Peringati Hari Autis
Tjhai Chui Mie resmikan Kelas Transisi PLA
Senin, 5 November 2018 18:14 WIB