Pontianak (Antaranews Kalbar) - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Prof Dr Saeri Sagiman, MSc mengakui kualitas jambu madu Green Honey yang dibudidayakan Michael Shu, sejak empat tahun silam.
"Informasi ada budidaya jambu air yang dihasilnya dengan sangat berkualitas dan rasa yang manis serta buahnya besar dari mahasiswa saya. Kemudian saya datang ke lapangan dan berkenalan dengan pemiliknya. Budidaya yang luar biasa dan hasilnya sangat baik," ujarnya saat ia mengundang petani jambu Green Honey untuk mengisi kuliah umum di kampusnya, Selasa.
Ia menambahkan dengan hasil yang baik dan berkualitas dari Michael Shu bisa menjadi contoh bagi mahasiswanya sehingga diadakan kuliah umum. Dengan tersebut mahasiswa bisa termotivasi untuk menjadi petani yang benar - benar mampu menghasilkan produk pertanian yang baik.
"Apalagi kita tahu latar belakang petani jambu tersebut bukan pakar, peneliti dan lainnnya. Namun ternyata dia sangat paham budidaya jambu madu tersebut. Ini bisa menajadi contoh mahasiswa kami," papar dia.
Sementara itu, petani sekaligus pemilik kebun jambu madu Green Honey, Michael Shu saat memberikan kuliah umum dihadapan mahasiswa memaparkan terkait sejarah awal mengapa menanam jambu, proses pemeliharaan dan pasar jambu yang dihasilkannya.
"Saya sangat berbangga bisa mengisi kuliah umum di Fakultas Pertanian di universtitas terbesar di Kalbar. Saya hanya tamatan SMA dan bukan di bidang pertanian bisa menjadi narasumber. Ini sebuah kehormatan dari Untan Pontianak. Tentu saya tidak akan mengajari ikan berenang atau mengajari burung terbang di sini," awal penyampainnya saat memaparkan materi.
Pada kesempatan itu Michael menyebutkan bahwa jambu madu yang dihasilnya memiliki cita dan rasa yang manis dengan tekstur yang halus. Ia memastikan setiap yang makan akan terkejut dengan jambu yang dihasilannya.
"Jambu yang saya tanam tentu dengan perawatan yang khusus saya. Semua orang bisa tanam jambu, namun belum tentu bisa manis seperti jambu saya. Jika ada kontes jambu manis di Indonesia saya siap ikut dan bawa nama Kalbar," jelasnya.
Perantau asal Sumatra tersebut menceritakan bahwa ilmu untuk berkebun jambu didapatkan secara otodidak melalui belajar di internet dan banyak mencoba di lapangan. Dengan talenta dan kerja keras sehingga ia bisa menemukan formula media tanam dan tanaman yang tepat sehingga bisa menghasilkan jambu yang manis.
"Saya juga belajar di internet secara umum. Namun belajar di internet tidak cukup dan bahkan pernah gagal dan sempat mau berhenti. Namun, dengan tekad dan nekat yang kuat saya terus belajar terutama di percobaan di lapangan dan bersyukur akhirnya menemukan formula yang tetap," kata dia.
Ia menyebutkan saat ini di kebunnya ada sekita 300 batang jambu yang ditanam di dalam polybag. Menurutnya, usai dua tahun setelah distek, jambu bisa panen.
"Umur dua tahun sudah bisa panen. Namun semakin tua tentu kualitas makin baik. Butuh perawatan dan cahaya matahari yang baik. Untuk di sini, matahari kita sangat kencang," jelas dia.
Menurutnya untuk pasar tidak terlalu sulit dan bahkan kini pelanggannya harus memesan dulu buah jambu baru bisa kebagian. Menurutnya, pasokan jambunya tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar.
"Kita bersyukur pasar sangat besar dan bahkan antri mau beli. Promosi kita melalui instagram saja, mulut ke mulut dan whatsapp. Untuk harga 1 kilogram saat ini Rp60 ribu untuk yang ukuran yang besar. Kita jual kualitas yang baik," papar dia.
Pada akhir penyampaiannya ia mengajak mahasiswa pertanian yang memiliki ilmu pertanian yang cukup dibandingkannya harus lebih baik dan bisa memajukan bidang pertanian.
"Peluang pertanian sangat luas. Tinggal fokus dan serius pasti bisa. Peluang pasar produk pertanian sangat besar. Tinggal adik mahasiswa membuktikannya di lapangan karena sudah dibekali ilmu," kata dia.