Pontianak (ANTARA) - Kapolda Kalimantan Barat, Irjen (Pol) Didi Haryono mengajak semua elemen masyarakat untuk merawat kedamaian, keamanan dan kerukunan yang selama ini sudah tercipta di provinsi itu.
"Indonesia adalah bangsa besar yang menopang semua perbedaan baik suku, agama dan ras, salah satunya Kalbar yang memiliki 17 keberagaman etnis, dengan didominasi oleh tiga etnis besar Tidayu (Tionghoa, Dayak dan Melayu)," kata Didi Haryono saat menghadiri Dialog Kebangsaan yang diselenggarakan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Wilayah Kalbar, Selasa.
Ia menjelaskan, keberagaman tersebut adalah sumber kekayaan terbesar Kalbar dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam menjalankannya, masyarakat harus tahu pentingnya wawasan kebangsaan yaitu cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, yakni mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, katanya.
"Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan," ujarnya.
Penyelenggaraan Pemilu atau pesta demokrasi tentunya pesta yang harus menjadi suatu konsep suka cita, polarisasi bukan menjadi suatu permasalahan. "Namun layaknya pesta, maka Pemilu merupakan ajang kita bersilaturahim, bertemu dan bersama-sama menyemarakkan, kesemua itu adalah bertujuan untuk pembangunan bangsa yang lebih baik," katanya.
"Dalam hal ini kami terlibat dalam pernyelenggaraan Pemilu, dengan memastikan keamanan, dan menjamin suksesnya penyelenggaraan Pemilu 2019 di Kalbar, dengan melawan dan menangkal hoaks atau informasi bohong secara bersama-sama," katanya.
"Kami memberikan perhatian serius terutama tindak pidana ITE yang terafiliasi dengan Pemilu, dan mengambil langkah tegas dalam penindakan penegakan hukum kepada siapa saja yang terbukti menyebarkan hoaks tersebut," katanya.
Ia kembali menegaskan, kedamaian, kerukunan di Kalbar yang memiliki kebudayaan yang kental, rasa kebersamaan dan toleransi yang sudah terpelihara wajib dijaga bersama-sama agar Kalbar selalu kondusif.
Sementara itu, Asisten I Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah, Sekda Kalbar, Alexander Rombonang menilai dialog kebangsaan ini sangat penting untuk membentuk kesepahaman dan menjaga keutuhan NKRI.
Tidak hanya itu, dia juga mengingatkan, hoaks dan ujaran kebencian, sangat berbahaya, maka perlu bersosial media yang santun. "Intinya kita tetap memelihara keberagaman, caranya adalah saling menghargai satu sama lainnya, itu tentunya mendukung tata kelola pembangunan yang berkelanjutan," katanya.
Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah (PGIW) Kalbar, Pendeta Paulus Ajong MTh, menjelaskan kemajemukan harus diimani sebagai karunia Tuhan yang harus diterima, pelihara dan syukuri.
"Terlebih kita bersyukur, bahwa Tuhan bukan hanya mengkaruniakan kemajemukan bagi Indonesia, tapi, mencurahkan hikmahnya kepada para pendiri bangsa, sehingga, sangat bijaksana meletakkan pondasi dan pilar-pilar tokoh sebagai titik temu dan perekat berdirinya negeri ini (Pancasila: ideologi negara, Bhineka Tunggal Ika semboyan hidup bersama, UUD 1945: Konstitusinya dan NKRI bentuk negaranya)," ujarnya.
Ia juga mengingatkan, kemajuan yang ada harus tetap dijaga dan pelihara bersama, karenanya dialog kebanggsaan yang diselenggarakan oleh PGIW-Keuskupan Agung Pontianak ini adalah bagian dari tanggung jawab gereja untuk ikut membuka kesadaran dan komitmen kebangsaan demi memperkuat pondasi dan pilar-pilar kebangsaan.
Menurut dia, konsekuensi demokrasi adalah adanya Pemilu, termasuk Pilres dan Pileg 2019 ini. "Melalui Pemilu rakyat inilah berdaulat bebas menentukan wakil dan pemimpin untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat," katanya.
***2***