Pontianak (ANTARA) - Sebagian masyarakat prasejahtera mendambakan berbagai bantuan dari pemerintah dan satu di antaranya seperti bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian sosial RI.
Ketika yang lain masih banyak yang sudah mampu namun masih menginginkan sentuhan bantuan tersebut, berbeda dengan Kamelia ( 27 ) dan keluarganya yang berasal dari Desa Pipit Teja, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dengan sukarela mengundurkan diri dari kepesertaan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bantuan PKH.
Ibu dua anak ini menceritakan bahwa dirinya mendapatkan bantuan PKH sejak tahun 2013. Dengan bantuan yang telah dirasakan lebih dari lima tahun sangat berkesan bagi dirinya dan keluarga. Bantuan PKH ia gunakan untuk keperluan anak sekolah dan asupan gizi bagi balita.
Kamelia mengucapkan dengan tegas bahwa dirinya sangat yakin untuk keluar dari peserta karena masih banyak masyarakat yang ekonomi jauh di bawah dirinya.
"Saya merasa ekonomi keluarga saya sudah membaik, semoga masyarakat yang kurang beruntung dari saya berhak mendapatkan bantuan karena saya perhatikan masyarakat masih banyak yang layak dari pada saya,” ujarnya saat mulai obrolan.
Saat ini Kamelia juga sudah memulai usaha dengan berjualan kue dan gorengan ketika ada acara syukuran dan pesta pernikahan yang dilaksanakan di desa maupun di desa desa tetangga. Menurutnya dengan bekal ilmu yang diberikan saat pembinaan oleh pendamping PKH maka usaha berjualan semakin baik dan lancar.
Ia menyebutkan bahwa penerima PKH selalu diberikan ilmu saat kegiatan pertemuan bulanan. Pertemuan tersebut dalam rangka meningkatkan kemampuan keluarga oleh pendamping PKH. Materi yang diberikan satu diantaranya ialah modul ekonomi keluarga yakni merencanakan dan memulai usaha yang sangat baik untuk diterapkan.
Kamelia juga menambahkan saat ini suaminya juga menjadi TKI di Malaysia. Sehingga makin menambah pemasukan keluarganya.
"Selain saya berjualan di kampung, suami juga menjadi TKI. Sehingga bisa menjadi modal usaha, menabung, bangun rumah dan meningkatkan ekonomi keluarga,” terangnya.
Perlu dicontoh
Pendamping PKH Desa Pipit Teja, Riko Saputra sangat bahagia mendengar kabar bahwa ada satu di antara beberapa KPM PKH dampingan nya secara sukarela dan siap mengundurkan diri dari kepesertaan. Hal itu menurutnya perlu dicontoh ketika sudah mampu dan mengundurkan diri. Sehingga bantuan yang ada dapat diterima oleh orang yang berhak.
"Sangat bahagia karena sangat jarang KPM PKH yang sadar untuk menolak bantuan padahal dia sudah mampu,” ujar Riko Saputra.
Pendamping PKH yang paling muda di Kecamatan Teluk Keramat ini menceritakan bahwa Kamelia sebelumnya merupakan Ketua Kelompok PKH desa Pipit Teja yang sangat aktif mengajak peserta lain ketika ada pertemuan maupun menyarankan inovasi-inovasi terkait PKH.
Ia menilai Kamelia sangat aktif dan sangat patut untuk dicontoh KPM lain terutama jiwa berwirausahanya.
Di waktu bersamaan Koordiantor PKH Kec Teluk Keramat, Muhammad Yamin mengatakan sejak tahun 2013 sampai 2019 memang sudah seharusnya KPM PKH yang ekonominya sudah membaik dengan kesadaran nya untuk mengundurkan diri secara mandiri seperti Ibu Kamelia yang nanti sebagai contoh untuk KPM yang lainnya di kecamatan nya.
Pihaknya selaku pendamping juga selalu mendorong KPM agar graduasi mandiri dan bagaimana menyadarkan KPM PKH yang terbilang mampu agar mau mengundurkan diri dari PKH," ujarnya.
Muhammad Yamin juga memaparkan saat ini jumlah KPM PKH di Teluk Keramat sebanyak 1.181 KPM, ada beberapa yang sudah bisa dilakukan graduasi dan mudah-mudahan bisa dilakukan graduasi secara mandiri seperti Ibu Kamelia.
"Terdapat beberapa sasaran KPM yang ke depannya akan kita dorong untuk melakukan graduasi", tegasnya.
Dia juga mengimbau dalam melakukan graduasi dan mendorong KPM supaya sadar jika sudah merasa mampu maka selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah desa masing-masing.
"Kita juga berharap nantinya bersama-sama dalam mendorong dan memantau kondisi kesejahteraan KPM supaya bantuan yg diberikan tepat sasaran,” pungkas Muhamad Yamin yang sudah 5 tahun menjadi pendamping PKH.
Forum Koordinasi
Camat Teluk Keramat, Budi Susanto mengharapkan adanya forum koordinasi antar KPM masing-masing desa, supaya nanti ada semacam pembanding antara KPM yang berbeda desa. Contohnya ada motivasi dan diskusi sesama internal KPM kenapa KPM desa lain bisa melepaskan kepesertaannya.
Kemudian orang nomor satu di Kecamatan Teluk Keramat ini juga menjelaskan KPM yang berhasil keluar harus dirangkul dan dilibatkan untuk memindahkan ilmu ke KPM yang lain. Seperti apa saja cara-cara dalam keluarganya. Sehingga dia bisa mengundurkan diri.
Harapannya untuk PKH juga disinergikan dengan program pemerintah yakni pelatihan khusus dan gratis seperti dari dinas ketenagakerjaan dan sosial. Sasarannya untuk masyarakat, putra- putri di Kabupaten Sambas yang berminat untuk dididik di bawah dinas tersebut di bidang otomotif yang langsung bersertifikat dan bila memungkinkan akan mendapat pekerjaan.
Artinya jika dia terkendala ketersediaan biaya untuk melanjutkan perguruan tinggi ini bisa menjadi alternatif. Jadi kalau ada satu yang menjadi penopang baru di setiap KPM yang bisa menjadi sumber pembiayaan atau sumber pendapatan keluarga secara otomatis bisa keluar dari keluarga penerima manfaat.
“Harapan kita memang PKH ini setiap tahun harus ada penurunan angka kemiskinan,” kata dia.
Selain itu Budi Susanto berencana para KPM yang keluar dengan secara sadar juga akan diberi penghargaan baik di acara formal seperti acara 17 Agustus atau sebagainya sehubungan dengan kemandirian dan meningkatnya taraf kehidupan masyarakat.
Dalam bidang pendidikan, Camat Teluk Keramat juga mendorong KPM dan keluarganya supaya lebih membuka wawasan terkait pendidikan. Untuk mewujudkan hal tersebut boleh menggandeng berbagai pihak seperti Politeknik Sambas, Institut Agama Islam Sambas dalam memotivasi pendidikan anak KPM PKH.
"Satu sisi kita bisa singgung masalah keberlangsungan dia sebagai KPM, satu sisi bisa menjadi indikator untuk menaikkan IPM Kab Sambas,” tutupnya.