Pontianak (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Koordinator Wilayah Kalimantan Herawanto menuturkan saat ini Kalimantan tengah memasuki periode inflasi rendah namun
namun upaya pengendaliannya masih menghadapi banyak tantangan, khususnya pengendalian inflasi komponen bergejolak (volatile food) yang menjadi ranah utama TPID.
Untuk itu, ujar dia, bahwa sinergi dan inovasi menjadi kunci untuk pengendalian inflasi di tiap provinsi yang ada di Kalimantan.
"Selain itu, kita juga perlu meningkatkan kolaborasi di antara sesama provinsi di Kalimantan sehingga dapat menciptakan sinergi khususnya dalam merangkai keterkaitan yang saling mendukung terkait rantai pasokan dan nilai antarprovinsi, baik dalam konteks saling mendukung penyediaan pasokan dalam pengendalian inflasi maupun dalam konteks saling mendukung penciptaan nilai tambah yang mendorong sumber baru pertumbuhan ekonomi," ujarnya dalam Rapat TPID se-Kalimantan di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa.
Ia melanjutkan, dibutuhkan strategi - strategi yang tepat dalam menjaga inflasi agar tetap rendah dan stabil. "Sehingga inovasi dan sinergi antardaerah merupakan terobosan strategi yang mudah diterapkan baik secara jangka pendek maupun jangka menengah-panjang," jelas dia.
Ia memaparkan bahwa sebagai gambaran, inflasi di Kalimantan pada triwulan II (Juni 2019) tercatat sebesar 3,11 persen (yoy), lebih rendah dari triwulan I-2019 yang sebesar 3,85 persen (yoy). Angka tersebut juga lebih rendah dari inflasi nasional yangsebesar 3,28 persen (yoy).
"Hal itu tentunya tidak lepas dari kinerja baik dari masing–masing provinsi di Kalimantan untuk dapat menjaga inflasi di seluruh wilayah kerjanya, khususnya di 9 (sembilan) kota penghitung inflasi di Kalimantan yang tersebar dalam 5 (lima) provinsi," katanya.
Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi pada triwulan II-2019, utamanya bersumber dari meredanya inflasi komponen diatur pemerintah (administered prices/AP). Inflasi AP tercatat sebesar 2,78 persen (yoy) pada triwulan II-2019, dari sebesar 3,49 persen pada triwulan I-2019, sehubungan dengan stabilnya harga BBM dan menurunnya harga tiket angkutan udara setelah Ramadhan usai.
Inflasi komponen bergejolak (volatile food) Kalimantan pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 3,09 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan I-2019 yang sebesar 2,99 persen (yoy). Kenaikan ini utamanya bersumber dari Kalimantan Selatan, khususnya komoditas beras.
Komponen inti (core inflation)pada triwulan II-2019 tercatat sebesar 3,22 persen (yoy) naik dari sebelumnya 3,18 persen (yoy) pada triwulan I-2019. Kenaikan ini diakibatkan gejolak tahunan Ramadhan – Idul Fitri dari komoditas makanan jadi, kue basah, nasi dan lauk, ayam goreng dan ikan bakar.
Secara spasial, inflasi di seluruh provinsi di Kalimantan masih tergolong aman yaitu masih dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1 persen. Bila diurutkan, inflasi di Kalimantan pada triwulan II-2019 dari yang tertinggi hingga terendah adalah Kalimantan Selatan 4,01 persen (yoy), Kalimantan Utara 3,10 persen (yoy), Kalimantan Barat 3,03 persen (yoy), Kalimantan Tengah 2,89 persen (yoy), dan Kalimantan Timur 2,71 persen (yoy)
"Komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi pada masing– asing daerah antara lain komoditas beras di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, komoditas bawang merah di Kalimantan Utara, dan komoditas telur ayam tas di Kalimantan Barat," jelas dia.
Baca juga: Kangkung penyumbang inflasi terbesar Kalbar selama Juni
Kalimantan masuki tahapan inflasi rendah
Selasa, 16 Juli 2019 12:27 WIB