Pontianak (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan bisa memberi dampak negatif ke banyak aspek, di antaranya menghambat pertumbuhan dan kecerdasan anak selain dampak negatif terhadap lingkungan hidup, kesehatan warga, hingga kerugian ekonomi, ekologi, dan lain sebagainya.
Kepala Polda Kalimantan Barat, Inspektur Jenderal Polisi Didi Haryono, di Pontianak, Kamis, berkata, "Mari kita bersama-sama melakukan upaya-upaya pencegahan kebakaran hutan-lahan karena dampaknya sangat mengganggu kesehatan, bahkan juga perekonomian, salah satunya mengganggu penerbangan."
Baca juga: Penanganan Karhutla tanggung jawab bersama
Baca juga: Badan Restorasi Gambut siapkan operasi pembasahan lahan gambut di Kalbar
Untuk itu, menurut dia, semua pihak harus terlibat dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan. "Apalagi banyak lahan gambut di Kalimantan Barat, sehingga sangat mudah terbakar dan sulit untuk dipadamkan apabila sudah meluas, sehingga lebih baik mencegah dari pada berdampak luas bagi masyarakat," ujarnya.
Menurut dia, asap kebakaran hutan-lahan dapat merusak saraf otak, menghambat kecerdasan dan pertumbuhan anak-anak, mengganggu aktivitas belajar anak di sekolah, menimbulkan penyakit infeksi saluran pernafasan, menghambat transportasi penerbangan, lalu-lintas di darat dan di laut, serta menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Tahun 2015 merupakan fenomena kebakaran hutan terbesar Kalimantan Barat selama lima tahun terakhir, dari data tercatat seluas 2,6 juta Hektare lahan di Kalimantan Barat terbakar dan sekitar 504.000 orang terutama anak-anak terkena ISPA, hilangnya keragaman hayati, terganggunya aktivitas ekonomi karena terjadinya pembatalan penerbangan baik internasional maupun domestik," katanya.
Juga baca: Kalbar bangun 200 sekat kanal untuk cegah kebakaran gambut
Juga baca: Tim gabungan Singkawang terus padamkan kebakaran lahan
Juga baca: Titik panas di Kalbar meningkat
Kemudian, kebakaran hutan-lahan juga berdampak hampir di sebagian pulau besar Indonesia khususnya Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Kalimantan, dengan kerugian sekitar Rp220 triliun. "Pada saat itu Kalimantan Barat merupakan salah satu dari enam provinsi penyumbang asap terbesar di Indonesia," katanya.
Pada 2018, terdapat 2.842 titik api di Kalimantan Barat, dengan luas lahan yang terbakar 1.152,51 Hektare dan berhasil dipadamkan seluas 852,78 Hektare atau sekitar 73,99 persen.
"Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten yang menjadi penyumbang asap terbanyak di Kalimantan Barat, oleh karena itu pelaksanaan apel gelar pasukan tahun ini kami laksanakan di kabupaten itu dengan harapan dapat meningkatkan kepedulian dan tingkat kesadaran masyarakat dari terjadinya Karhutla," katanya.
Baca juga: 10 desa di Bengkayang rawan kebakaran
Baca juga: Bengkayang alokasikan Rp2 miliar antisipasi karhutla 2019
Sepanjang 2018, Polda Kalimantan Barat menangani sebanyak 29 kasus kebakaran hutan-lahan, dengan tersangka sebanyak 39 orang, dan satu orang korban meninggal dunia.
Semua pihak pengguna lahan, kata dia, perlu dibuat sadar untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Larangan itu sebagaimana telah diatur dalam undang-undang perkebunan maupun lingkungan hidup.
"Kami berharap para tokoh masyarakat, agama, tokoh adat tokoh, pemuda dan instansi terkait, mampu memberikan kontribusi positif dalam mencegah dan menemukan solusi mengatasi kebakaran hutan-lahan di Kalimantan Barat, serta dapat menampung kepentingan dan kebutuhan semua pihak termasuk kebutuhan para petani ladang yang membuka lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari," katanya.
Baca juga: Dua hektare lahan gambut di Pontianak terbakar
Baca juga: Masyarakat Mempawah berperan aktif cegah Karhutla
Baca juga: Bupati Kayong Utara intruksikan BPBD siaga karhutla
Baca juga: Jarak pandang di jalur Mempawah-Pontianak pagi hari mulai pendek dampak kabut asap
Baca juga: Danramil Putussibau ingatkan masyarakat ancaman karhutla