Jakarta (ANTARA) - Bukan hanya kembang api, bunyi trompet, dan pentas musik yang memeriahkan perayaan Tahun Baru di ibu kota Jakarta dan kota-kota sekitarnya, namun banjir parah juga menerjang wilayah tersebut menyusul hujan deras yang turun sejak malam Tahun Baru ketika sebagian besar masyarakat tengah bersiap menyambutnya.
Warga yang tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sudah terbiasa dengan banjir, khususnya saat musim hujan.
Meski demikian, banjir Tahun Baru yang menimpa kota-kota tersebut telah menewaskan 43 orang warga akibat tersengat listrik, tenggelam, dan hipotermia. Sementara itu, 31.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Jumlah korban kemungkinan bertambah karena hujan lebat diperkirakan masih akan turun dalam beberapa hari ke depan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, bersama sejumlah pejabat lain dari beberapa institusi seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tim Badan SAR Nasional (Basarnas), dan warga masyarakat bergotong royong membantu para korban bencana alam ini.
Anies mengunjungi area-area yang terkena banjir untuk memastikan upaya evakuasi berjalan lancar dan warga dipindahkan ke tempat yang aman.ds
Seiring berlangsungnya proses evakuasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa terlepas dari hujan deras yang mengguyur pada 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020, musim hujan belum mencapai puncaknya, yang diperkirakan terjadi antara pertengahan Januari dan Maret.
"Berdasarkan data, curah hujan kemarin adalah yang tertinggi selama 24 tahun terakhir," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada media.
BMKG mengklasifikasikan intensitas curah hujan ke dalam empat kategori, yaitu rendah (5-20 milimeter/hari), sedang (20-50 milimeter/hari), tinggi (50-100 milimeter/hari), dan sangat tinggi (di atas 100 milimeter/hari).
Baca juga: 46 orang korban meninggal banjir Jabodetabek dan sekitarnya
Baca juga: Banjir, Warganet minta Formula E di Jakarta dibatalkan
Baca juga: Anies ceburkan diri saat tinjau korban banjir
Pemerintah membangun jalur Banjir Kanal Timur pada 2003, dan melakukan proyek pengerukan di beberapa tempat pada 2009, yang didukung oleh Bank Dunia.
Pada 2013, pemerintah meluncurkan proyek tanggul laut raksasa atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang termasuk normalisasi beberapa daerah aliran sungai Ciliwung, Krukut, Cakung, dan Sunter.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menegaskan bahwa penanganan banjir harus dilakukan bersama-sama.
"Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota semuanya bekerja sama dalam menangani ini," katanya di Jakarta pada Kamis (2/1).
Selain proyek infrastruktur pengendalian banjir yang belum rampung, presiden juga memperingatkan bahwa perilaku warga, khususnya dalam hal membuang sampah, juga dapat menyebabkan banjir yang mengakibatkan kerusakan ekologi.
Dengan musibah banjir yang melanda pada hari pertama tahun 2020, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami pentingnya memelihara lingkungan dan mendukung upaya-upaya dari seluruh pihak, termasuk pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Selesai