Jakarta (ANTARA) - PT Pelindo II atau IPC harus memangkas anggaran investasi sebesar Rp1 triliun akibat penurunan perdagangan (trading) yang terjadi di pelabuhan akibat pandemi COVID-19. Namun untuk Pelabuhan Kijing, pembangunan tetap berjalan.
Direktur Utama PT Pelindo II Arif Suhartono dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu, mengatakan investasi yang ditunda adalah investasi yang tidak berdampak langsung kepada pelayanan pelabuhan, contohnya renovasi kantor.
“Investasi yang tidak memberikan dampak langsung dan memberikan dampak terhadap pelayanan kami ‘hold’ (tunda) dulu, kami lebih concern ke ‘must-have investment’-nya. Yang jelas di atas Rp1 triliun,” kata Arif.
Ia mengatakan kebutuhan untuk renovasi kantor, baik di pusat maupun cabang memerlukan biaya yang sangat besar, namun hal itu tidak dilihat sebagai kebutuhan mendesak.
“Yang besar itu ‘face lift’ (transformasi wajah perusahaan) hampir di semua cabang pelabuhan, pusat ada, cabang ada. Relayouting tadi tidak berkaitan langsung dengan aktivitas proses. Sementara masih bagus. Kami ‘hold’ dulu,” katanya.
Namun, lanjut dia, untuk proyek-proyek strategis seperti Pelabuhan Kijing, Kalimantan Barat, dan Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) tidak mengalami penundaan.
“Pelabuhan Kijing tetap berjalan. Dua bulan ke depan kami mulai, secara keseluruhan tahun depan. Tanjung Priok 70 persen kapasitasnya sudah lebih, menurut 'rule of thumb’ harus ada tambahan (kapasitas pelabuhan)," katanya.
Untuk proyek JTCC, Arif mengatakan masih terhambat di pembebasan lahan di mana tidak bisa dilakukan secara virtual dalam pandemi COVID-19 ini.
“JTCC jalan terus tidak ada masalah, masalah di tanah, pembebasan tanah yang enggak bisa dilakukan ‘virtual conference’ perlu dilakukan sosialisasi, mediasi harus fisik semua,” katanya.
Dia menyebutkan progres pembebasan tanah JTCC, yakni untuk di wilayah Bekasi sudah mencapai 85 persen, di Jakarta 30 persen dan konstruksi sudah sekitar 60 persen.