Pontianak (ANTARA) - Dalam keterbatasan akses internet, guru di pedalaman Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, yang wilayahnya berbatasan dengan Serawak, Malaysia, di tengah wabah COVID -19 ini berinisiasi tetap memberikan pembelajaran dengan tatap muka secara berkelompok namun menerapkan protokol kesehatan.
Pembelajaran tatap muka tersebut dilakukan, mengingat banyak daerah pedalaman yang tidak bisa melakukan pembelajaran online atau dalam jaringan (daring), karena keterbatasan jaringan internet, tidak memiliki handphone android, kata Plt Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bengkayang, Gustian Andiwinata saat dihubungi di Bengkayang, Rabu.
.
Namun, dengan segala keterbatasan itu tidak mengurangi semangat para guru di pedalaman untuk tetap mendatangi kelompok murid guna memberikan pembelajaran. "Dengan segala keterbatasan yang dimilik anak sekolah baik akibat jaringan internet, HP android, tidak ada, tiada listrik, dan anak tidak mampu bukan jadi suatu alasan untuk memberikan pembelajaran pada anak sekolah. Guru-guru berinovasi salah satunya membentuk Kelompok-kelompok Kecil dengan tidak membaurkan anak yang berbeda Zona," ujar Gustian.
Ia menyebutkan daerah pedalaman di Kabupaten Bengkayang yang dimaksud seperti di Kecamatan Siding, daerah Tawang dan Sentabeng, Jagoi Babang. Para guru mendatangi kelompok siswa untuk memberikan pelajaran.
"Hal tersebut terpaksa dilakukan sehingga murid tidak ketinggalan dan tetap mendapatkan pelajaran yang maksimal," jelasnya.
Gustian mengapresiasi dan berterima kasih kepada para guru yang tetap kreatif dan inovatif, serta berjuang di tengah pandemi COVID-19 untuk mendidik anak bangsa. Perjuangannya perlu diapresiasi.
"Guru tidak bisa hanya memberikan tugas saja tanpa ada pembelajaran, meskipun berupa les pribadi. Untuk melaksanakan tugas itu, guru-guru kita di Kabupaten Bengkayang mengunjungi kelompok anak dengan menempuh jalan bukan hanya jauh tetapi juga rusak, hingga banyak yang jatuh," ucap Gustian.
Gustian mengatakan, pihaknya juga memberikan kebebasan guru mengatur kurikulum yang digunakan dengan tetap mengacu pada kurikulum nasional dan tercapainya kompetensi dasar (KD) dari satuan pendidikan.
"Yang jelas dengan kondisi COVID-19 dan KBM tatap muka tidak diperolehkan, bukan suatu alasan mutu pendidikan yang ada menjadi hancur. Harapan kami guru-guru tetap kreatif dan inovatif untuk memberikan pembelajaran pada anak didik dengan tetap tunduk pada aturan hukum serta protokol kesehatan COVID-19," harap Gustian.
Dengan perjuangan guru-guru untuk pergi menuju kelompok belajar murid yang sangat sulit, Gustian berharap tidak putus asa dan pemerintah dapat menambahkan penghasilan bagi yang rajin.
"Tanggung jawab seorang guru pada anak murid, tidak beda dengan tanggung jawab orang tua pada anaknya. Sampai saat ini yang mengunjungi kelompok siswa sudah berkisar 65 persen dari seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Bengkayang," kata dia.