Jakarta (ANTARA) - Pesawat jenis Boeing 737-500 yang dioperasikan Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 ternyata telah mengalami sederet insiden dan kecelakaan serius di berbagai belahan dunia.
Pesawat yang jatuh itu berusia hampir 27 tahun dan pada awalnya diterbangkan oleh kapal induk di Amerika Serikat, Soutwesh Airlines, untuk penerbangan komersial pada tahun 1990.
Boeing 737-500 sendiri merupakan bagian dari keluarga 737, seri pesawat komersial yang paling banyak terbang di dunia. Ini dikembangkan pada 1960-an untuk melayani rute jarak pendek atau menengah.
737-500 mulai beroperasi pada tahun 1990 dan berasal dari generasi kedua dari empat generasi 737, yang disebut 737 Classic.
Mengutip Reuters, Minggu, pesawat komersial biasanya terbang hingga 25 tahun sebelum "pensiun", tetapi peraturan dibuat agar pesawat berusia tua agar bisa bertahan dan melayani penerbangan lebih lama.
Boeing mengirimkan total 10.050 dari seri 737 yang dikembangkan sebelum MAX, termasuk 389 dari model 737-500.
737-500 telah terlibat dalam empat kecelakaan fatal di Rusia, Tunisia dan Mesir, yang oleh penyelidik dikaitkan dengan faktor-faktor termasuk kinerja pilot, pelatihan atau cuaca, menurut Aviation Safety Network, database keamanan online.
Kecelakaan terburuk melibatkan Aeroflot 737-500 dengan korban tewas 88 orang di Perm, Rusia, pada 2008.
737-500 dirancang untuk menampung 145 orang tetapi yang diterbangkan oleh Sriwijaya dikonfigurasi untuk 120, menurut situs resminya.
Adapun beberapa insiden dari penerbangan dengan pesawat Boeing 737-500 di seluruh dunia, dirangkum dari berbagai sumber.
Denmark, 1999
Pada 3 Desember 1999, Boeing 737-500 yang dioperasikan oleh Maersk Air untuk penerbangan dari Birmingham ke Copenhagen terpaksa mengalihkan rute ke Billund dalam kondisi cuaca buruk, dan mendarat dengan bahan bakar cadangan akhir.
Mesir dan Tunisia, 2002
EgyptAir dengan nomor penerbangan 843 yang lepas landas dari Bandara Internasional Kairo ke Bandara Internasional Tunis-Carthage, pada tanggal 7 Mei 2002, pesawat menabrak sebuah bukit dekat Bandara Internasional Tunis-Carthage. Dari 6 awak kapal dan 56 penumpang, 3 awak dan 11 penumpang tewas sehingga total korban meninggal 14 orang.
Jepang, 2006
Pada 5 Juli 2006, Boeing 737-500, yang dioperasikan All Nippon Airways (ANA) lepas landas dari Bandara Fukuoka dengan nomor penerbangan 2142.
Sekitar pukul 08:10, saat terbang pada ketinggian 37 ribu kaki sekitar 60 nm tenggara Kushimoto VORTAC, peringatan depressurization kabin ditampilkan dan masker oksigen di kabin secara otomatis dikerahkan. Pesawat melakukan penurunan darurat dan, pada 09:09, mendarat di Bandara Internasional Chubu.
Nigeria, 2010
Pada 24 Agustus 2010, sebuah Boeing 737-500 melakukan touchdown yang tidak terkendali di landasan pacu basah di bandara Jos Nigeria pada siang hari setelah pendekatan dilanjutkan meskipun tidak distabilkan.
Kerusakan substansial terjadi pada pesawat tetapi tidak ada penumpangnya yang terluka. Petugas investigasi menyimpulkan bahwa lamanya pilot bertugas telah menyebabkan kelelahan yang mengganggu kinerjanya.
Ceko, 2012
Pada 7 September 2012, kru Air France Airbus A319 gagal mematuhi instruksi pendaratan kemudian terlibat konflik dengan B735 yang juga ingin mendarat. ATC kemudian bisa menenangkan situasi usai memberikan perintah ulang.
Rusia, 2013
B735 gagal mendarat pada 17 November 2013 dengan mulus setelah kru tidak menyadari peringatan mendadak. Penyelidikan mengungkap pilot tidak pernah menerima latihan yang layak untuk kondisi seperti itu.
Spanyol, 2019
Pada 5 April 2019, kru menyatakan keadaan darurat usai lepas landas dari bandara Madrid Barajas setelah mengalami masalah mengontrol ketinggian vertikal pesawat. Pesawat kemudian mendarat darurat di pangkalan militer.
Investigasi menemukan malfungsi yang kemungkinan membuat pilot tidak bisa menjalankan autopilot tidak tercatat sebelum penerbangan.
Rusia, 2020
Pesawat Boeing 737-500 maskapai Rusia Utair yang mengangkut 94 penumpang dan kru mengalami insiden saat mendarat di Bandara Usinsk, wilayah Komi, 9 Februari 2020.
Pesawat yang terbang dari Moskow itu mendarat menggunakan badan karena roda pendaratan rusak. Juru bicara setempat mengatakan, bagian ekor pesawat lebih dulu menyentuh landasan pacu disusul bagian badan.
Berdasarkan pemeriksaan awal,tak ada seorang pun penumpang dan kru yang mengalami luka serius dalam insiden tersebut.
Indonesia, 2021
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten dengan tujuan Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, dilaporkan hilang kontak pada pukul 14.40 WIB, Sabtu (9/1/2021).
Pesawat tersebut terbang dari Bandara Soetta pukul 14.36 WIB. Kemudian, pesawat itu berada di ketinggian 1.700 kaki pada pukul 14.37 WIB. Pesawat diizinkan naik ke ketinggian 29 ribu kaki dengan mengikuti standar instrumen. Setelah itu, pesawat hilang kontak pada pukul 14.40 WIB.
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional (Basarnas) Bambang Suryo Aji memastikan pesawat Sriwijaya Air SJ182 jatuh di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Lokasi jatuh diperkirakan di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki di wilayah Kepulauan Seribu.
Ia mengatakan personel yang sudah di lokasi juga sudah mengumpulkan serpihan yang diduga bagian dari pesawat tersebut. Basarnas juga akan membangun posko di Pelabuhan JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Ditjen Hubla Kemenhub RI telah menemukan barang yang diduga berasal dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak. Barang itu diperkirakan tangga darurat di pintu pesawat.
Sriwijaya Air jatuh, sederet kecelakaan Boeing 737-500 di seluruh dunia
Minggu, 10 Januari 2021 11:15 WIB