Pontianak (ANTARA) - Kota Pontianak selain dijuluki sebagai Kota Khatulistiwa juga ada yang mengatakan sebagai kota "1001 Warung Kopi (Warkop)". Julukan ini lahir budaya nongkrong menikmati pahit dan manisnya kopi tersebut.
Kemudian minum kopi atau ngopi menjadi salah satu budaya yang tumbuh di Kota Pontianak, tidak hanya dinikmati dari kalangan orang tua saja, tetapi bagi semua kalangan. Tren inilah yang membuat industri warkop banyak ditekuni di Pontianak, sehingga warkop menjamur di sana - sini menjadi peluang usaha di Pontianak.
Namun dari banyaknya warkop yang ada, biji kopi khas lokal atau Kalbar sangat sulit tersedia di sana. Kopi yang disajikan banyak berasal dari luar daerah, tentunya hal ini sangat memprihatinkan.
Padahal di Kalbar memiliki letak geografis yang strategis dan cocok ditanami beberapa jenis kopi seperti robusta dan liberika yang terkenal di kalangan roaster. Hanya saja, kurangnya pada beberapa petani kopi Kalbar yang tidak memperlakukan biji kopi dengan baik.
Berangkat dari keprihatinan inilah, pasangan suami istri, yaitu Restu Dharmawan dan Siti Mashita bertekad untuk mempopulerkan kopi khas Kalbar. Menurut mereka sangat memprihatinkan jika dari banyaknya warkop yang ada, tetapi tidak tersedia kopi khas Kalbar. Maka dari itu dihadirkanlah 101 Coffee House yang menyajikan dan mengembangkan cita rasa kopi khas Kalbar.
"Awalnya 2013 kami membuka warkop biasa, masih jualan kopi kopi sasetan, kemudian 2018 membuka coffee shop di Pancasila. Saat itu di Pontianak belum banyak yang membuka coffee shop hanya beberapa saja," ujar Owner 101 Coffee Housi Siti Mashita di Pontianak, Minggu.
Seiring berjalannya waktu, di penghujung tahun 2018 mereka memutuskan untuk meroasting kopi dan ikut kursus di Bandung selama satu minggu dan pulang membawa ilmu kemudian mengembangkannya di Kalbar.
Tidak hanya fokus pada penyajian kopi, mereka juga ikut membantu untuk membina petani kopi yang ada untuk merawat biji kopi dengan baik. Sehingga terciptalah biji kopi Kalbar yang memiliki nilai jual tinggi.
Setelah memiliki keahlian, lalu mereka bertemu dengan kelompok Pemuda Bangun Desa dari Punggur, Kabupaten Kubu Raya untuk meninjau kopi di sana. Kopi di sana sebenarnya masih tidak sesuai dengan standar yang ada dan sulit menjangkau kriteria pasar. Memang kopinya masih laku dijual, tetapi jika ditingkatkan kualitasnya maka akan dapat nilai tambah. Untuk sekarang mereka fokus pada tiga jenis kopi Kalbar. yakni Liberika Rasau, Liberika Sambas dan Robusta Punggur.
Setelah pindah tempat usaha warkop ke Coffee Shop di Jalan Ujung Pandang, ia sudah mulai fokus ke pengelolaan kopi, tempat masak dan lain sebagainya. Untuk diawal sendiri proses roasting hanya untuk kebutuhan kedai sendiri, mereka membeli kopi satu karung 50 kilogram dan saat itu sudah dianggap seperti harta karun.
"Kami rintis kopi lokal begitu kami sudah ada roasting baru kami hubungi pemuda Bangun Desa di Punggur, awalnya sulit untuk mencapai standar atau grade yang kami inginkan jadi kami terima apa adanya, tapi masih perbaikan sampai sekarang mulai bagus," ujarnya.
Saat ini coffee shop di Pontianak terus bermunculan. Hal itu menjadi peluangnya sebagai sasaran pasar. Pasalnya untuk coffee shop tentu butuh biji kopi yang berkualitas. Sehubungan masih terbatas kopi lokal yang kualitas premium maka pasokan yang dijual ke sejumlah coffee shop juga masih kecil.
Ia menyebutkan sejauh ini kopi yang diproduksinya dalam bentuk sangrai dan siap saji mencapai 300 kilogram per bulan. Itu sebagian besar juga masih ada dari luar. Meski demikian pihaknya terus bertekad bagaimana produksi kopi lokal dengan kualitas terbaik stoknya terpenuhi karena rasa dan permintaannya sendiri sangat besar.
"Setelah kami lakukan perlakuan khusus mulai pasca panen, sangrai dan penyajiannya rasa kopi lokal tidak kalah dengan jenis luar dan bahkan lebih unik dan menarik karena ada rasa khas tersendiri. Dengan itu permintaan tinggi. Jadi belum terpenuhi kebutuhan akan pasar saat ini. Ini peluang ke petani untuk menanam dan produksi kopi lokal," jelasnya.
Selain menghasilkan biji kopi sangrai yang dijual ke coffee shop dan kopi siap saji di 101 Coffee House, pihaknya saat ini juga mengolah kopi kemasan siap seduh dijual Rp13 ribu yang isinya 15 gram. Jadi untuk orang-orang yang lagi dalam perjalanan yang mau tetap minum kopi premium, namun saat ini masih terbatas karena spesial.
Sementara itu, sang suami yang juga roaster Kalbar, Restu Dharmawan mengatakan setiap kopi memiliki karakter masing-masing. Hanya saja di Kalbar ini kalau mau tanam Arabika tidak begitu bisa, tanam Robusta pun sebenarnya kurang karena daerah Kalbar masih terlalu rendah. Kalau liberika ini cocok di tanah Kalbar sehingga bisa dibudidayakan karena saat ini masih terbilang minim.
"Target ke depan maunya bisa menjadikan biji kopi lokal menjadi biji reguler atau sajian utama. Untuk sekarang mereka mengatakan belum bisa karena suplai masih sedikit," katanya.
Apresiasi Bantu Petani
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalbar, M Munsif menyambut baik upaya 101 Coffee House yang ikut membantu petani dalam pengembangan dan pengelolaan pasca panen termasuk pasar. Menurutnya rantai usaha kopi memang harus dibangun dari hulu hingga hilir dan melibatkan para pihak, bukan hanya terpaku ke peran pemerintah.
"Apa yang dilakukan pemerintah dengan dukungan budidaya dan peran pelaku usaha membantu petani dalam hal pasar atau lainnya penting. Apalagi memberikan nilai tambah bagi petani dengan demikian akan meningkatkan pendapatan petani," jelas dia.
Dengan edukasi ke petani untuk menghasilkan produk kopi berkualitas, diolah dengan baik pasca panen maka sejalan dengan upaya Gubernur Kalbar bagaimana petani sejahtera. Petani dengan menghasilkan produk baik akan mendapat nilai tambah. Sehingga mendorong pendapatan petani itu sendiri.
Ia menyebutkan saat ini luas kebun kopi di Kalbar mencapai 11 ribuan hektare yang tersebar di beberapa kabupaten. Untuk empat daerah sentra utama kopi Kalbar saat ini di Kubu Raya capai 5.382 hektare, Sambas 2.070 hektare, Ketapang 1.200 hektare dan Kayong Utara 643 hektare.
"Pemerintah saat ini juga terus melakukan pembinaan petani kopi di daerah. Itu dilakukan mulai dari budidaya hingga pemasaran dan promosi," jelas dia.
Berburu kopi lokal Kalbar di Kota "1001 Warkop"
Senin, 4 Oktober 2021 9:45 WIB