Jakarta (ANTARA) - Satgas Penanganan COVID-19 memprediksi potensi peningkatan kasus aktif COVID-19 gelombang ketiga pada libur Natal dan Tahun Baru bisa mencapai 400 ribu dengan menggunakan skenario terburuk dan 70 ribu dengan skenario moderat.
Ketua Bidang Data dan IT Satgas Penanganan Covid-19 Dr. Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers daring tentang Analisis Gelombang ke-3 COVID-19 di Indonesia yang dipantau di Jakarta, Senin, mengatakan prediksi potensi kenaikan kasus COVID-19 dilakukan dengan menggunakan data dan variabel terkait penanganan COVID-19 yang ada di Indonesia dan dilakukan modeling dengan menggunakan kecerdasan buatan.
Pada skenario paling ideal, yaitu di mana kekebalan kelompok sudah terbentuk, mobilitas rendah, kepatuhan protokol kesehatan tinggi, dan tidak ada varian baru maka kasus aktif COVID-19 di Indonesia diprediksi tetap landai bahkan menurun hingga awal tahun depan. Namun skenario ini tereliminasi karena saat ini sudah muncul varian baru Omicron dan kekebalan kelompok dipastikan belum terbentuk pada Desember 2021.
Sementara skenario kedua yang menunjukkan potensi peningkatan kasus aktif dengan puncak sekitar 70 ribu kasus dengan kondisi kekebalan kelompok belum terbentuk, mobilitas penduduk tinggi, dan kepatuhan protokol kesehatan cukup baik di masyarakat.
"Kekebalan kelompok belum terbentuk karena melihat data sekarang Desember pun masih belum terkejar untuk 70 persen jadi kekebalan kelompok belum ada, mobilitas tinggi, tapi kepatuhan protokol kesehatan cukup baik, makanya dia naik tapi puncak kasusnya sekitar 70 ribu kasus saja," kata Dewi.
Skenario ketiga yaitu jika kekebalan kelompok belum terbentuk, mobilitas tinggi, kepatuhan terhadap protokol kesehatan rendah maka puncak kasus gelombang ketiga diprediksi sekitar 260 ribu kasus.
Perbandingan prediksi angka puncak kasus gelombang ketiga dengan skenario kedua dan skenario ketiga terpaut cukup jauh yaitu hampir 200 ribu kasus dengan yang membedakan adalah tingkat kepatuhan protokol kesehatan. Oleh karena itu Dewi menekankan agar masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan agar tidak terjadi kenaikan jumlah kasus yang signifikan.
Sementara skenario terburuk adalah apabila kekebalan kelompok belum terbentuk, mobilitas masyarakat tinggi, kepatuhan protokol kesehatan rendah, dan ada varian baru di Indonesia yang tingkat infeksinya 40 persen hingga 50 persen lebih menular dari yang sudah ada sebelumnya. Skenario terburuk tersebut diprediksi akan meningkatkan kasus aktif hingga 400 ribu pada puncaknya.
Dewi menerangkan potensi puncak kasus aktif apabila terjadi gelombang ketiga diprediksi akan tetap lebih rendah dibandingkan dengan lonjakan kasus pada pertengahan tahun 2021. Hal itu dikarenakan makin meluasnya cakupan vaksinasi COVID-19 di masyarakat saat ini dibandingkan pada tengah tahun lalu.