Pontianak (ANTARA) - Sejak memasuki awal hingga akhir 2021 tren harga sawit tumbuh positif menjadi harapan sekaligus penyelamat ekonomi petani, daerah dan nasional yang pada akhirnya kesejahteraan petani membaik pula.
Ketika kinerja sektor usaha lainnya turun karena dampak pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, sektor perkebunan terutama melalui komoditas ekspor unggulan Kalbar dan Indonesia, sawit malah tumbuh.
Sebagai gambaran dan berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalbar, harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit periode I Januari 2021 tertinggi sebesar Rp2.109.05 per kilogram, minyak kelapa sawit mentah (CPO) Rp9.250.33 per kilogram dan minyak inti (PK) Rp6.231.05.
Sementara memasuki akhir tahun harga sawit terus menanjak signifikan di mana untuk harga TBS Periode I Desember 2021 sudah mencapai Rp3.345,10 per kilogram, CPO Rp14.168,58 per kilogram dan PK Rp11,360 per kilogram.
Kepala Disbunnak Kalbar M Munsif mengatakan bahwa membaiknya kinerja harga sawit tidak terlepas dari permintaan minyak nabati dunia semakin meningkat dan luas.
Selain itu penyerapan biodisel dari pasar dalam negeri melalui program B30 yang digalakkan pemerintah juga sangat berpengaruh signifikan. Kebijakan B30 tersebut mendorong penyerapan CPO semakin meningkat sehingga berdampak pada harganya.
"Kita optimis tren positif ini berlanjut mengingat program B30 mendapatkan dukungan yang besar dari pemerintah. Apalagi program biodiesel dari sawit ini akan ditingkatkan lagi menjadi B50 hingga mungkin sampai B100," kata dia.
Kondisi harga yang berpihak kepada petani dan pelaku usaha dan dengan total luas lahan sawit di Kalbar yang mencapai 1,9 juta hektare dan produksi mendekati 5 juta ton telah memberikan warna terhadap ekonomi Kalbar karena terbukti menjadi bagian yang andil besar kedua bagi pertumbuhan ekonomi tersebut.
Pada Triwulan II 2021 mencatat pertumbuhan ekonomi di Kalbar mencapai 10,81 persen (year on year). Pertumbuhan ekonomi tersebut tidak terlepas peran ekspor sawit yang semakin baik. Industri sawit selama ini juga telah mampu menyerap tenaga kerja 787.364 orang.
Pada sisi lainnya, hadirnya Pelabuhan Kijing di Mempawah sebagai pintu ekspor Kalbar harus terus dimanfaatkan oleh perusahaan perkebunan karena sejauh ini baru sekitar 10 persen ekspor CPO dari pelabuhan berstandar internasional tersebut dari total produksi sawit di Kalbar.
"Saat memasuki awal semester II, baru sekitar 10 persen ekspor melalui Pelabuhan Kijing, namun nilai yang didapat Kalbar melalui bea keluar sudah mencapai Rp225 miliar dan pungutan ekspor Rp945 miliar atau total pajak ekspor bagi Kalbar Rp1,2 triliun. Untuk itu kami terus mendorong perusahaan memanfaatkan pelabuhan terbesar di Kalimantan tersebut," katanya.
Kesejahteraan Petani
Kenaikan harga sawit, baik itu TBS, CPO, hingga PKO sangat berdampak pada kesejahteraan petani di Kalbar. Ekonomi daerah semakin tumbuh dan berdampak luas di sektor lainnya.
Kesejahteraan petani dapat dilihat pada Nilai Tukar Petani (NTP) yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan petani tersebut.
Untuk membaca nilai NTP, apabila 100 poin maka petani mengalami impas atau kenaikan atau penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan atau penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
Berdasarkan rilis dari BPS Kalbar, pada Januari 2021, NTP Kalbar secara umum sebesar 116,98 poin. Sedangkan untuk NTP Tanaman Perkebunan Rakyat tertinggi mencapai 127,94 poin. Kemudian untuk NTP di akhir tahun menunjukkan peningkatan signifikan di mana NTP Kalbar pada November 2021 sudah mencapai 141,01 poin. Lebih tinggi lagi di Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat sudah mencapai 166,77 poin.
Satu di antara petani swadaya di Desa Mega Timur, Kabupaten Raya, Samuri mengaku peningkatan harga sawit sangat berdampak pada pendapatan dan ekonomi keluarga. Harga sawit di tingkat petani yang sudah tembus di Rp2.700. Ia mengatakan pendapatannya dalam setiap 20 hari sekali lebih dari Rp50 juta.
"Luas lahan saya sekitar 7 hektare. TBS yang dihasilkan sekitar 30 ton dan ketika buah bagus mencapai 40 ton. Harga sekarang membuat semangat dan tentu berdampak pada pendapatan petani," jelas dia.
Kebahagiaan dan kebanggaan petani sawit dengan kondisi harga sawit kain membaik juga disampaikan Ketua Kelompok Tani Mekar Sari, Kubu Raya, Asmuri. Semua petani sawit saat ini bersuka cita dan kesejahteraan semakin membaik dan meningkat. Harga saat ini menjadi impian yang terwujud. Dengan harga yang baik ekonomi keluarga, pendidikan dan tingkat kebahagiaan dan semangat petani semakin baik pula.
"Sebagai petani sawit saat ini semua semangat dan bahagia. Pendapatan dan ekonomi keluarga serta lainnya sangat berdampak. Masyarakat yang belum tanam saja saat ini sudah mulai ramai dan berlomba - lomba. Kemudian yang sudah tanam menambah luas lahan. Petani semangat dan pendapat meningkat. Semoga kondisi ini terus hadir," jelas dia.
Optimisme Gapki
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Cabang Kalbar, Purwati Munawir optimistis harga sawit terus membaik. Hal itu dilihat dari tren harga dan permintaan.
Menurutnya sebagai salah satu komoditas ekspor yang berperan strategis bagi perekonomian nasional maupun daerah, pergerakan harga CPO di Kalbar sepanjang tahun 2021 menjadi menarik untuk dicermati.
"Harga rata-rata CPO selama tahun 2021 berada posisi Rp9.959, per kilogram harga terbaik berada pada bulan November 2021 yaitu sebesar Rp13.939 per kilogram. Posisi harga tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan harga rata – rata CPO sepanjang tahun 2020 yang hanya sebesar Rp8.119 per kilogram dengan harga terbaik tahun 2020 pada bulan Desember 2020 sebesar Rp9.330 per kilogram," kata dia.
Gapki juga mempertimbangkan bahwa komoditi sawit cukup teruji daya tahannya dan cenderung menunjukkan kenaikan harga, hal ini sangat berdampak pada tingkat kesejahteraan petani di Kalbar yang pada gilirannya dapat mendorong ekonomi daerah semakin tumbuh sehingga membuka pergerakan di sektor lainnya.
"Kondisi harga yang membaik ini tentu akan berpengaruh positif bagi sisi penerimaan petani sawit kita sehingga diharapkan dari sisi pengeluaran dapat terkelola dengan baik," jelas dia.