Jakarta (ANTARA) - Seiring ditemukannya kasus COVID-19 karena varian Omicron di berbagai wilayah termasuk Indonesia, kemudian adanya kekhawatiran peningkatan kasus usai liburan saat ini, orang tua bisa mengambil sejumlah langkah demi menjaga anak-anak mereka agar tak terkena COVID-19.
Dr. Allison Messina, kepala penyakit menular di Johns Hopkins All Children's Hospital di St. Petersburg, Florida, dan Dr. Sarah Ash Combs, dari Children's National Hospital di Washington, DC memberikan lima tips mereka.
Baca juga: IDAI rilis rekomendasi terbaru terkait PTM di tengah hadirnya Omicron
1. Jadikan Omicron hal serius terutama jika anak belum divaksinasi
Kondisi COVID-19 parah termasuk varian omicron, tetap jarang terjadi di antara anak-anak. Tetapi para ahli kesehatan mengatakan, orang muda tidak kebal dari virus, atau dari penyakit parah dan kematian.
"Saya pribadi telah melihat banyak anak yang sebelumnya sehat terkena COVID-19. Saya pikir sebagai orang tua, Anda ingin melakukan apa pun yang Anda bisa untuk mencegah anak Anda dalam situasi itu," kata Ash Combs seperti dikutip dari ABC News, Senin.
Dengan hadirnya Omicron, para ahli kesehatan mengatakan peningkatan jumlah kasus dan rawat inap di antara anak-anak bukan karena varian menyerang mereka tetapi lebih mungkin karena fakta sebagian besar anak di bawah usia 18 tahun masih belum divaksinasi.
Baca juga: Kalbar peringkat 6 terbawah nasional capaian vaksinasi COVID dosis 1
Di sisi lain, Messina khawatir para peneliti belum tahu apakah Omicron itu sendiri menyebabkan gejala yang lebih ringan atau apakah bisa lebih ringan karena mereka divaksinasi COVID-19.
"Yang saya khawatirkan, anak-anak relatif belum divaksinasi. Anak-anak pada umumnya tidak memiliki kekebalan dasar seperti yang dimiliki orang dewasa," kata dia.
Baik Messina maupun Ash Combs sependapat, hal pertama yang dapat dilakukan orang tua untuk melindungi anak-anak mereka dari COVID-19 yakni memberikan mereka vaksin dan memastikan orang dewasa yang berinteraksi dengan anak-anak juga divaksinasi termasuk suntikan booster.
Baca juga: Orang yang terinfeksi omicron banyak berkeringat di malam hari
2. Tetap bermasker di tempat umum, terutama di dalam ruangan
Seiring penyebaran Omicron dan kasus COVID-19 terus meningkat, Messina dan Ash Combs mengatakan semua orang harus mengenakan masker saat berada di tempat umum, terutama di ruang dalam ruangan seperti toko kelontong.
"Saya akan memberi tahu orang tua, ya, kembali ke tindakan sebelumnya yang biasa Anda lakukan, seperti mengenakan masker, " kata Ash Combs.
Baca juga: Tercatat 138 kasus Omicron - dua di antaranya transmisi lokal
Dia menganjurkan anak-anak juga tetap mengenakan masker ke sekolah baik yang divaksinasi maupun belum karena benda itu memberikan perlindungan multi-level.
Selain itu, mengikuti protokol kesehatan seperti mencuci tangan dan menjaga jarak juga penting dilakukan.
3. Jika ragu, asumsikan COVID-19
Banyak gejala Omicron termasuk sakit tenggorokan, pilek, demam dan batuk yang sangat mirip dengan flu dan pilek biasa.
Akibatnya, satu-satunya cara untuk benar-benar mendiagnosis anak Anda adalah dengan melakukan tes COVID-19.
Baca juga: Kasus Omicron di Indonesia bertambah jadi 68 orang
"Agar benar-benar aman, melakukan tes adalah kuncinya," tutur Ash Combs.
Jika orang tua tidak yakin apakah anak mereka menderita COVID-19 atau pilek, misalnya, Ash Combs mengatakan untuk menganggap itu COVID dan mengikuti protokol kesehatan misalnya dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) terkait isolasi.
4. Kurangi pertemuan besar dengan keluarga lain
Jika keluarga Anda berkumpul dengan orang-orang di luar rumah tangga Anda, perlindungan terbaik yakni memastikan semua orang yang berhubungan dengan keluarga Anda telah divaksinasi.
Messina mengatakan keluarga juga harus mempertimbangkan untuk mengurangi kegiatan sosial mereka. Dia menyarankan Anda bersikaplah sedikit lebih berhati-hati.
Baca juga: Masyarakat Bengkayang harus waspadai varian Omicron
"Di saat seperti ini dengan hadirnya Omicron, ketika kita melihat begitu banyak kasus sekarang dan kita mungkin benar-benar belum mencapai puncaknya, inilah saatnya untuk lebih memperhatikan membatasi waktu pertemuan besar, setidaknya sampai jumlah kasus mulai menurun," kata dia.
Baca juga: Masyarakat jangan berkerumun saat rayakan tahun baru 2022
Kemudian, apakah orang tua memutuskan untuk membiarkan anak mereka pergi bermain atau berkumpul dengan teman juga dapat bergantung pada usia mereka. Ash Combs mencatat, anak-anak yang berusia lebih besar dan divaksinasi dapat memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk bersama.
Seperti banyak hal yang terjadi selama pandemi, Ash Combs mengatakan keadaan dapat berubah dan orang tua harus menyesuaikannya.
"Setiap situasi akan berubah, jadi nilai kembali hari demi hari, minggu demi minggu," kata dia.
Baca juga: Di Israel, kasus varian Omicron bertambah jadi 527
5. Jaga kebersihan tetapi jangan terlalu stres
Sejak awal pandemi COVID-19, banyak orang membersihkan semua yang berhubungan dengan anak-anak, tetapi para ahli mengatakan sekarang setelah kita tahu lebih banyak tentang virus, orang tua tidak perlu sampai mengelami stres.
"Kami tahu COVID-19 tidak ditularkan dengan sangat baik oleh apa yang kami sebut fomites, benda mati yang Anda sentuh. Saya rasa kita tidak perlu panik seperti yang kita lakukan pada awal-awal terhadap bahan makanan dan surat-surat," tutur Ash Combs.
Para ahli kesehatan mengatakan, selalu menjadi ide baik untuk mengajari anak-anak menjaga kebersihan tangan yang baik, termasuk sering mencuci tangan setidaknya selama 20 detik.
Menurut Ash Combs, salah satu kelompok usia yang harus diperhatikan orang tua yakni balita dan bayi yang mungkin memasukkan mainan ke dalam mulut mereka. Inilah sebabnya dia merekomendasikan untuk lebih berhati-hati dengan pertemuan anak-anak pada usia itu.