PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berkomitmen mendukung pembangunan ekonomi hijau dan berorientasi ekspor melalui perhutanan sosial yang dikemas dalam Program Jejak Kopi Khatulistiwa.
Terlebih pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) gencar mengembangkan ekonomi dan keuangan hijau dengan membuat Program Perhutanan Sosial.
Direktur Institutional Banking BNI Sis Apik Wijayanto dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu, menegaskan BNI berkomitmen untuk tetap menjaga kelestarian hutan serta memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar hutan dengan Program Jejak Kopi Khatulistiwa.
BNI Program Jejak Kopi Khatulistiwa adalah upaya mewujudkan ekonomi hijau yang berorientasi ekspor dengan langkah dan tahapan edukasi, kurasi, inkubasi, temu bisnis, dan penggunaan solusi transaksi BNI.
"Edukasi diberikan melalui webinar secara daring ataupun dengan langsung saat sosialisasi ke Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk memberikan informasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pendampingan perjalanan UMKM BNI," ungkap Sis Apik.
Tahap berikutnya, lanjut dia, adalah kurasi untuk melihat jenis kopi dan pangsa pasarnya. Inkubasi dilakukan untuk lebih melihat apakah petani kopi dapat naik kelas, sementara temu bisnis dilakukan untuk dapat dipertemukan dengan offtaker besar ataupun dihubungkan dengan lokapasar.
Harapannya, para petani kopi akan menggunakan transaksi keuangan BNI melalui saluran pembayaran digital (Cash Management BNI).
"Kami pun akan terus mendorong UMKM binaan (petani kopi) untuk memanfaatkan pasar global melalui jaringan kantor cabang BNI di dalam dan luar negeri. Dengan demikian, para UMKM mempunyai nilai tambah serta ikut mendukung implementasi ekonomi hijau dan go global," katanya.
Adapun Perhutanan Sosial merupakan program reformasi agraria untuk keadilan akses masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, yang ditunjang dengan program pemerataan ekonomi agar memberikan manfaat ekonomi dengan prinsip pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Program ini ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar hutan sehingga keluar dari jalur kemiskinan dan pemerataan ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian hutan, serta bagian mendorong inklusi keuangan nasional untuk masyarakat di kawasan sekitar hutan.
Dalam program itu peran BNI adalah sebagai lembaga keuangan guna mengawal inklusi keuangan, termasuk pembiayaan permodalan kepada petani LMDH. KLHK menyampaikan 15 titik potensial bisnis pengembangan perhutanan sosial pada BNI dengan tematik komoditas kopi, salah satunya di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Program inisiasi BNI berupa layanan keuangan bagi petani hutan, khususnya komoditas kopi, melalui ekosistem dari hulu hingga hilir. BNI pun menyediakan akses permodalan yang mudah, keagenan bagi kelompok tani hutan dan agregator, sertifikasi kopi, serta temu bisnis orientasi ekspor melalui Program Xpora.
Sebagai tahap awal komitmen dukungan, BNI melakukan showcasing ekosistem yang telah terbentuk antara Petani - Agregator Kecil (KTH Griya Bukit Jaya) - Offtaker (Sunda Hejo).
Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) KLHK Bambang Supriyanto pun meninjau kebun kopi di lahan Program Jejak Khatulistiwa BNI Kelompok Tani Hutan Griya Bukit Jaya di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (7/10).
Baca juga: Dukung pariwisata hijau, PLN terangi objek wisata dengan energi bersih
Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) KLHK Bambang Supriyanto pun meninjau kebun kopi di lahan Program Jejak Khatulistiwa BNI Kelompok Tani Hutan Griya Bukit Jaya di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (7/10).
Baca juga: Dukung pariwisata hijau, PLN terangi objek wisata dengan energi bersih