Kayong Utara (ANTARA) - Keunikan perilaku orang utan yang tinggal di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat memiliki keunikan tersendiri yang, menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap hewan mamalia yang memiliki nama latin pongo pygmaeus, tersebut.
Kepala Unit pengelolaan stasiun riset Cabang Panti Taman Nasional Gunung Palung Endro Setiawan mengatakan hal yang menarik dari orang utan karena memiliki sistem reproduksi yang sangat unik sekali, yaitu hanya mengandung dan melahirkan 6- 9 tahun sekali, padahal orang utan betina dan jantan sering melakukan perkawinan usai melahirkan.
Selain itu usia kandungan hewan mamalia yang satu ini, juga memiliki kemiripan dengan manusia yaitu berkisar 9 bulan 10 hari lamanya.
“Padahal mereka tidak seperti kita ada program KB, yang bisa kita rencanakan kapan kita ingin memiliki anak. Sehingga hal itu pun mempengaruhi populasi orang utan yang grafis nya cenderung lamban,” kata Endro saat dihubungi di Sukadana, Senin.
Setelah melakukan persalinan Orang utan betina juga memakan umbut rotan tertentu, yang diduga untuk ramuan alami orangutan betina usai melahirkan.
Dalam hal tingkah laku, orang utan betina juga mengajarkan kepada anaknya tentang cara membuat sarang dan mencari makan selama 6-9 tahun sebelum memiliki anak lagi agar anak orang utan tersebut bisa hidup mandiri.
Baca lainnya: Taman Nasional Gunung Palung cocok untuk berpetualang jelajahi alam
“Ternyata jenis umbut rotan itu juga digunakan oleh masyarakat dayak di Kalteng, untuk ramuan wanita usai persalinan. Dan pastinya masyarakat dulunya juga melihat bagaimana kebiasaan orang utan kemudian di ikutilah oleh manusia,” kata dia.
Kecerdasan yang dimiliki oleh orang utan dalam menjalankan kehidupan di hutan belantara, juga sangat berbeda dengan hewan lainnya. Hal itu bisa dilihat dari kera besar tersebut dalam membuat sarang. Dari hasil penelitian yang ada, sarang orang utan membentuk seperti struktur konstruksi bangunan sehingga tidak mudah rusak maupun roboh saat ditempati.
“Padahal hanya ranting – ranting saja sarangnya. Mereka juga pandai memilih jenis kayu yang kuat untuk dijadikan sarang,” ceritanya.
Secara genetik sebanyak 96 persen DNA orang utan memiliki kesamaan dengan manusia, sehingga para peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dari bangun tidur sampai tidur kembali hewan yang bergerak dengan berayun ini.
“Jadi peneliti melakukan penelitian perilaku orang utan itu dari bangun hingga tidur lagi itu semuanya di catat,untuk melihat kebiasan – kebiasan orang utan yang diharapkan kedepannya bisa untuk pengembangan ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Adapun dalam mencari makan, orang utan memiliki kecerdasan yang luar biasa dimana kera besar tersebut bisa mengetahui sumber makanan yang cukup jaraknya bisa mencapai hingga 2 kilometer, sehingga mereka dengan mudah untuk mencari makan sehari – hari.
“Jalur yang biasanya yang dilalui mereka juga itu semuanya merupakan pohon yang berbuah dan merupakan sumber makanan mereka,” kata dia.
Baca lainnya: Kabut asap ganggu orangutan di Taman Nasional Gunung Palung
Keunikan lainnya yang dimiliki orang utan, jika dalam satu wilayah tersebut hanya dikuasai oleh satu ekor jantan orang utan, maka si betina hanya boleh kawin dengan sang jantan penguasa tersebut.
“Jika ada orang utan jantan yang berani untuk memasuki wilayahnya, orang utan jantan akan menjaga makanan dan pasangan mereka dari gangguan. Bahkan mereka berani mati untuk mempertahankan daerah kekuasaannya,” tambahnya.
Saat ini ada lebih dari 100 orangutan yang telah diberi nama oleh pihak pengelola setempat, dimana setiap anak orang utan yang lahir akan diberi nama sesuai huruf awal orang utan jantan tersebut.
“Padahal kalau dilihat dengan teliti setiap orangutan itu memiliki wajah yang berbeda – beda,” tutupnya.
Baca lainnya: BOSF ingatkan pentingnya menjaga keberadaan orangutan di alam