Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Andri Perdana menilai dana hasil penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) yang akan digunakan untuk membayar utang, akan membuat perseroan menjadi lebih fleksibel dalam mengelola aset.
"Sebanyak Rp5,5 triliun dari Blibli itu digunakan untuk memperbaiki dari struktur modal, mengurangi utang, sehingga dapat mengurangi Debt Equity Rasionya (DER). Dengan penurunan DER ini, perusahaan menjadi lebih fleksibel dalam pengelolaan aset yang dimiliki, termasuk potensi pembagian dividen kepada investor di masa mendatang," ujar Andri dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Selain itu, Andri mengatakan, Blibli memiliki potensi untuk berkembang sebagaimana perusahaan e-commerce di luar negeri. Dirinya mencontohkan Amazon dan Alibaba yang melakukan ekspansi secara masif. Amazon berekspansi melalui Amazon Express, Amazon Go, dan Amazon Prime.
Baca juga: Bunga Citra Lestari jadi brand ambassador Blibli
Kemudian ada Rakuten di Jepang yang fokus awalnya adalah platform diskon dan cashback, hingga memiliki bisnis perhotelan.
"Mereka sustain karena memiliki bisnis di beberapa sektor usaha, sehingga ketika kondisi ekonomi sulit sekalipun, sebagian bisnis yang berkembang dapat menopang sektor bisnis lainnya yang terdampak ekonomi. Yang satu mengalami kesulitan, yang lain mengalami kenaikan," kata Andri.
Andri juga menilai wajar atas utang yang dimiliki oleh Blibli dan perusahaan rintisan atau startup lainnya. Menurut dia, startup memiliki utang untuk investasi serta pengembangan bisnisnya.
"Selama utang itu sehat dan terukur dari segi Debt to Equity Ratio, Profitabilitias dan Likuiditasnya, maka wajar-wajar saja, bukan masalah," ujar Andri.
Blibli yang akan melantai di bursa pada 8 November 2022 diperkirakan akan mengumpulkan dana sebesar Rp7,9 triliun. Dana tersebut akan dipergunakan untuk pembayaran saldo utang fasilitas, sementara sisanya akan dialokasikan sebagai modal kerja dalam mendukung kegiatan usaha.
Baca juga: Jelang 2022, Blibli gelar festival belanja, gratis ongkir berkali-kali
Hingga Juni 2022, pendapatan Blibli melonjak sebesar 127 persen secara tahunan menjadi Rp6,71 triliun dari Rp2,99 triliun, dan membukukan laba bruto sebesar Rp560,8 miliar, naik dari Rp225,7 miliar atau mencerminkan rasio laba bruto (gross profit margin) sebesar 8,35 persen.
Performa bisnis Blibli hingga semester II 2022 juga meningkat. Total Processing Value (TPV) pada 2021 tercatat sebesar Rp32,4 triliun, meningkat 45 persen dari Rp22,4 triliun pada 2020, terutamanya dikontribusikan oleh pertumbuhan dari seluruh segmen bisnis Blibli, termasuk segmen ritel 1P, ritel 3P, institusi dan toko fisik.
Monthly Active Customer (MAU), yang merupakan kombinasi jumlah pelanggan unik untuk segmen ritel 1P dan ritel 3P yang berinteraksi dengan produk atau jasa pada platform Blibli.com dan/atau tiket.com, pada 2021 tercatat mencapai 38,4 juta pelanggan, meningkat dari 31,1 juta pelanggan pada tahun sebelumnya.
Kemudian jumlah pelanggan institusi Blibli pada 2021 juga meningkat dari 80.752 pelanggan menjadi 153.057 pelanggan. Pelanggan institusi termasuk institusi swasta maupun pemerintah.
Baca juga: Semua tagihan auto lunas, begini cara beli token listrik praktis dan mudah