Pontianak (ANTARA) - Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Raden Sigit Witjaksono mengatakan pada kegiatan pertemuan Brunai Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East Asean Growth Area (BIMP-EAGA) ke 25 di Pontianak ini telah memberi masukan kepada Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji agar dalam upaya meningkatkan pembangunan bersama perlu memperhatikan pentingnya konektivitas antar negara yang ada di Pulau Kalimantan.
“Sebenarnya yang kami harapkan dari hasil kerjasama BIMP_EAGA ini yaitu lebih muatannya pada kepentingan dalam artian luas, artinya untuk kepentingan satu pulau yaitu Kalimantan yang diisi secara berdampingan oleh tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam. Bagian Indonesia ada Provinsi Kalimantan Barat, Kaltim, Kaltara, Kalteng dan Kalimantan Selatan,” kata Sigit Witjaksono di Pontianak, Jumat.
Sigit mengatakan, ini misi yang diangkat oleh KJRI Kuching, KJRI Kota Kinabalu dan KBRI Brunai Darussalam yang di undang dalam kegiatan BIMP EAGA saat melakukan pertemuan dengan Gubernur Kalbar di aula Balai Petiti Kantor Gubernur Kalbar di Pontianak, Kamis (24/11) kemarin.
“Kami yakin dengan adanya konektivitas antar ke tiga negara ini maka kemajuan yang saling menguntungkan dapat dicapai. Konetivitas ini kedepannya diharapkan tidak hanya konertivitas melalui transportasi jalan darat saja tapi juga transportasi udara dan juga transportasi laut. Tapi untuk sementara ini kita utamakan dulu untuk transportasi darat dan udara,” kata Sigit.
Saat ini kata Sigit untuk konektivitas darat sudah berjalan, hal itu di tandai dengan telah berjalannya transportasi bus antar negara, sementara untuk transportasi udara belum berjalan.
“Sementara ini baru ada rute bus Pontianak-Kuching, dan perlu dibuka lagi rute-rute lain yang kami nilai sangat potensial yakni rute Singkawang-Kuching. Bahkan dalam pertemuan bersama Gubernur Kalbar, pak Dubes Brunai Darussalam mengusulkan agar rute Pontianak-Kuching-Miri hingga ke Brunai Darussalam diusulkan segera untuk di buka kembali seperti sebelum pandemi COVID-19,” ungkap Sigit.
Begitu juga untuk transportasi udara, juga sangat diharapkan bisa dibuka kembali rute penerbangan Pontianak-Kuching. Bahkan rute transportasi potensial lainnya yaitu Pontianak – Miri juga perlu segera dibuka, karena ini dinilai akan sangat menguntungkan kedua belah pihak.
Sigit menilai, masyarakat Kuching pada umumnya Sarawak lebih memilih bepergian dengan menggunakan pesawat ketimbang menggunakan jalan darat yang memakan waktu lima hingga enam jam lamanya.
“Dengan adanya rute transportasi udara Pontianak-Kuching ini tentu sangat kita harapkan adanya imbal balik dan saling menguntungkan dengan meningkatnya wisatawan dari masyarakat Sarawak ke Kalbar,” ujar Sigit.
Sigit menambahkan seperti yang diketahui masyarakat Kalbar banyak ke Kuching dengan berbagai keperluan termasuk berobat,
"Dengan adanya transportasi udara dapat juga mendorong meningkatkan wisatawan dari Sarawak ke Kalbar untuk menikmati wisata kuliner dan lain sebagainya. Maka saat pertemuan dengan Gubernur Kalbar dan jajarannya, kami sampaikan pentingnya terealisasi adanya border dengan lintasan orang, lintasan barang dan lintasan kendaraan,” pungkasnya.