Pontianak (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat terus menggencarkan operasi pasar untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok bagi masyarakat, sebagai upaya pengendalian inflasi daerah.
"Saat ini, Tim Pengendali Inflasi Daerah terus menggencarkan operasi pasar. Jalannya dengan Operasi Pasar atau gelar pangan murah, dengan harapan bisa mengendalikan harga, karena kalau ada harga sembako yang naik masih bisa terkendali, jangan sampai naiknya melompat tajam," kata Pj Gubernur Kalbar, Harisson di Pontianak, Senin.
Menurut dia, dampak perang Ukraina-Rusia kemudian Hamas-Israel, tidak dipungkiri ini akan membawa dampak pada dunia. Harga-harga diprediksi akan melonjak, untuk itu kita harus kendalikan.
Namun, berdasarkan pemantauan di sejumlah pasar yang ada di Kalbar, disampaikannya, untuk saat ini harga-harga kebutuhan pokok masyarakat cenderung stabil.
"Seperti yang telah kita lihat pada Operasi Pasar saat ini, harga gula RP14.000 per/kilogram, cabe rawit Rp60.000/kilogram dan saat ini harga sayur-sayuran turun. Ini akan terus menjadi perhatian kita," tuturnya.
Sementara itu, Maidah yang merupakan salah satu warga yang membeli beras dan kebutuhan lainnya di Operasi Pasar mengatakan kegiatan Operasi Pasar ini sangat membantu untuk masyarakat yang kurang pendapatannya.
"Alhamdulillah ini bisa membantu, harganya bisa dijangkau dan lebih murah dari pasaran. Apalagi untuk kami masyarakat yang pemasukannya kecil," katanya.
Dirinya berharap kegiatan ini terus digencarkan. Sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya sehari - hari dengan harga yang terjangkau.
Sementara itu, pada rapat koordinasi pengendalian inflasi, Mendagri Tito Karnavian mengatakan bahwa untuk saat ini angka inflasi di Indonesia berada di peringkat terendah dibanding negara-negara lain atau tepatnya di rangking 141 dari 186 negara yang ada di dunia. Bahkan Indonesia yang tergabung dalam kelompok negara G20 kita (Indonesia) berada di peringkat 19 terendah dibanding dengan Uni Eropa Lainnya.
"Angka ini cukup bagus, bahwa Indonesia masih mampu menjaga stabilitas harga di tengah ketegangan politik di belahan dunia. Perang yang masih berlanjut Antara Rusia dan Ukraina, ditambah lagi agresi Israel dan Hamas," kata Mendagri Tito Karnavian.
Pada rakor yang dilaksanakan secara online tersebut Tito Karnavian juga mengingatkan kembali atas angka yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik inflasi year on year atau perbandingan pada Tahun 2023 dan 2022 masih di angka 2,56 persen sebagaimana yang telah ditarget oleh Menteri Perekonomian sebagai Tim Pengendali Inflasi Pusat kurang lebih di angka 3 persen.
Namun kalau melihat perbandingan angka dari bulan ke bulan baik dari September ke Oktober terjadi kenaikan sebesar 0,17 persen. Ini masih terjadi kenaikan yang cukup signifikan, meskipun lebih rendah dari bulan Agustus ke September yang berada di angka 0,19 persen.
"Memang kita pernah mengalami deflasi sebesar minus 0,25 persen, terutama di bulan Agustus di angka 0,19 persen, September 0,17 persen, kemudian inflasi tahun kalender baik dari Desember Tahun 2022 ke Oktober 2023 masih terjadi kenaikan meskipun ini masih terkendali," kata Tito Karnavian.