Pontianak (ANTARA) - Kepala Bidang Peternakan Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) Novi Salim mengatakan bahwa pengembangan sistem Integrasi Sapi - Kelapa Sawit (Siska) hingga 2023 di Kalbar sudah mencapai 2.247 ekor sapi.
"Realisasi pengembangan sistem integrasi sapi sawit di Kalbar capai 2.247 ekor tersebut dengan model kemitraan usaha ternak berkelanjutan," ujarnya di Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan dalam pengembangan Siska di Kalbar dimulai dengan pembinaan implementasi dan pengembangan pada 13 klaster yang tersebar di enam kabupaten yakni Sanggau, Sintang, Sekadau, Landak, Bengkayang dan Ketapang.
"Untuk di Kabupaten Sanggau terdapat 4 klaster dengan populasi 148 ekor sapi, Ketapang 2 klaster dengan populasi 413 ekor, Sintang terdapat 3 klaster dengan populasi 408 ekor, Bengkayang 2 klaster dengan populasi 358 ekor, Landak 1 klaster populasi 198 ekor dan Sekadau 1 klaster dengan populasi 22 ekor," kata dia.
Menurutnya, untuk tahun 2023, terdapat hibah dan diseminasi teknologi berupa pagar listrik untuk pengelolaan rotasi dan manajemen penggembalaan, mesin shreeder/mesin pencacah sawit untuk pengolahan pakan fermentasi, dan mobile portable yard untuk optimalisasi manajemen pemeliharaan, kesehatan dan kesejahteraan hewan.
"Untuk tahun 2024 ditargetkan pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan SDM Siska sebesar 15 klaster dengan target populasi 2.600 ekor dan pemanfaatan lahan pengembalaan mencapai 20.000 hektare," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar Heronimus Hero mengatakan mengatakan potensi pengembangan program Siska di Kalbar mencapai 2,9 juta ekor sapi.
"Berdasarkan hasil analisis tim penyusun peta jalan Siska Kalbar, potensi daya dukung lahan untuk integrasi Siska dengan kriteria sesuai dan sangat sesuai seluas 2.156.406 hektare dapat menampung hingga 2,9 juta ekor sapi baik yang dipelihara dengan pola ekstensif, intensif, maupun semi intensif," kata dia.
Ia menjelaskan bahwa apabila provinsi menargetkan populasi 500 ribu ekor sapi potong di 2032, maka hanya 25 persen lahan kebun sawit yang diperlukan untuk menjadi tempat yang layak bagi berkembangnya sapi di Kalbar.
"Oleh karena itu, Siska menjadi program yang relevan untuk diimplementasikan di Kalbar dengan sumber daya yang tersedia di kebun sawit," kata dia.