Pontianak (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Kalimantan Barat Saptiko menyatakan prevalensi anemia remaja putri usia sekolah di daerah itu mencapai 29 persen, berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang dilakukan pada siswi di sejumlah sekolah daerah setempat.
"Temuan ini menimbulkan kekhawatiran, karena anemia dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan remaja, termasuk pertumbuhan organ reproduksi," kata Saptiko di Pontianak, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa sebagai langkah mencegah anemia di kalangan remaja putri, pihaknya meluncurkan program pembagian tablet tambah darah.
"Tablet ini dibagikan kepada seluruh pelajar putri di sekolah-sekolah sebanyak 30 tablet per siswa,” kata dia.
Ia berharap program tersebut dapat mengatasi masalah anemia dan mencegah terjadinya stunting. Sebab, anemia dapat mengganggu pertumbuhan organ reproduksi. Dengan adanya tablet tambah darah ini, diharapkan organ reproduksi remaja putri dapat berkembang dengan baik.
“Hal ini penting untuk memastikan bahwa mereka siap untuk melahirkan bayi-bayi yang sehat dan terhindar dari stunting,” ujarnya.
Selain program pembagian tablet tambah darah seperti yang dilakukan di SMPN 15 Pontianak, pihaknya juga melakukan sarapan bersama. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada siswa bahwa untuk mencegah stunting, penting bagi mereka untuk mengonsumsi asupan protein hewani yang cukup, seperti telur, ikan, daging atau ayam.
“Dengan program pembagian tablet tambah darah dan edukasi tentang pentingnya asupan protein hewani, tingkat prevalensi anemia dan stunting pada remaja putri di Kota Pontianak akan dapat diminimalisasi,” ucap Saptiko.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Ani Sofian menjelaskan bahwa pembagian tablet tambah darah kepada para siswi ini penting dalam rangka mencegah anemia sekaligus meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh, sehingga ketika mereka menikah, anak-anak yang dilahirkan sehat dan tidak stunting.
Ani menerangkan stunting merupakan kondisi ketika panjang atau tinggi badan seorang anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Bukan hanya kurang panjang/tinggi. Tinggi badan seorang anak menunjukkan angka di bawah minus 2 Standar Deviasi (SD).
“Dapat dikatakan bahwa stunting adalah kondisi ketika anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tumbuh kembang mereka berbeda dengan teman-teman seusianya,” katanya.
Sementara itu, Kepala SMPN 15 Pontianak Utara Augus Pardosi mengaku terharu dan bangga atas kunjungan Pj Wali Kota Pontianak ke sekolah yang dipimpinnya. Kunjungan tersebut memberikan motivasi yang kuat bagi seluruh siswa-siswi SMPN 15 dalam mengejar cita-cita dan menjalankan program pencegahan stunting yang digalakkan oleh Pemerintah Kota Pontianak.
“Kehadiran Bapak Pj Wali Kota di sekolah ini dapat memberikan aura motivasi dan semangat bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa,” tuturnya.
Agus memaparkan jumlah siswa SMPN 15 Pontianak Utara sebanyak 610 siswa, terdiri atas 322 siswi dan 288 siswa. Sebagai upaya mengantisipasi dan menanggulangi stunting, sekolah ini telah menjalankan kegiatan sarapan bersama yang rutin dilaksanakan setiap Jumat pagi. Tidak hanya itu, siswi juga diberikan tambahan tablet tambah darah untuk mencegah dan menurunkan angka stunting.
“Kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah ini bertujuan mencegah penurunan kualitas kesehatan anak-anak. Melalui sarapan dan suplemen tambah darah, SMPN 15 berusaha memberikan dukungan nutrisi yang tepat kepada siswi untuk menjaga tumbuh kembang mereka dengan optimal,” kata dia.
Prevalensi anemia remaja putri di Pontianak capai 29 persen
Sabtu, 3 Februari 2024 13:14 WIB