Jakarta (ANTARA) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada pidatonya di parlemen Turki, Rabu mengatakan tidak ada negara yang aman kecuali Israel mematuhi hukum internasional.
Pernyataan Erdogan tersebut mengacu pada tindakan Israel di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh bulan meskipun ada keputusan dan resolusi yang menentangnya
“Tidak ada negara yang aman kecuali Israel menerima hukum internasional dan menganggap dirinya terikat oleh hukum internasional,” katanya.
Erdogan menilai Israel yang tidak terlindungi oleh hukum merupakan ancaman tidak hanya bagi Palestina atau Gaza tetapi juga bagi perdamaian global dan kemanusiaan secara keseluruhan.
Ia mengecam serangan Israel pada Minggu (26/5) terhadap sebuah kamp pengungsi di Rafah, Gaza selatan yang menewaskan sedikitnya 45 orang dan menyulut api yang menyebar dengan cepat melalui tenda-tenda dan akomodasi sementara.
Presiden Turki itu turut mengkritik ketidakmampuan sistem internasional, termasuk badan-badan seperti PBB untuk menghentikan kekejaman yang sedang berlangsung di Gaza yang menyebabkan lebih dari 36.000 warga Palestina terbunuh dan telah menyebabkan kehancuran yang luas, pengungsian, dan kondisi kelaparan.
“PBB bahkan tidak mampu melindungi personel atau pekerja bantuannya sendiri, apalagi menghentikan genosida. Bukan hanya umat manusia yang binasa di Gaza, tapi PBB juga dengan semangatnya,” ucapnya.
Mengecam Barat atas dugaan keterlibatannya dalam perang Israel di Gaza, pemimpin Turki tersebut mengatakan bahwa tidak ada keyakinan yang menganggap sah untuk membakar warga sipil yang tidak bersalah sampai mati di tenda mereka. Sementara itu, dunia menyaksikan kebiadaban vampir yang dikenal sebagai Netanyahu melalui siaran langsung.
“Negara Amerika, tangan Anda juga berlumuran darah; para kepala negara dan pemerintahan Eropa, Anda telah terlibat dalam barbarisme Israel karena Anda tetap diam,” tuturnya.
Lebih lanjut ia mengatakan nilai-nilai seperti demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan berbicara dan pers, hak-hak perempuan dan anak-anak telah musnah karena kematian umat manusia di Gaza. Zionisme, sebutnya, sedang dibuka kedoknya di seluruh dunia.
“Kaum muda mulai melihat betapa Zionisme adalah sebuah penyimpangan yang melanggar hukum dan saya berharap revolusi ini akan membebaskan dunia dari penyimpangan Zionis,” kata dia.
Sumber : Anadolu