Pontianak (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat meminta peran aktif keluarga dalam mencegah konten pornografi dan pornoaksi di kalangan remaja sebagai dampak kemudahan an akses informasi melalui internet.
"Dengan maraknya konten pornografi dan pornoaksi yang semakin mudah diakses oleh generasi muda, diharapkan kita dapat meningkatkan kesadaran dan peran aktif keluarga dalam pencegahan hal tersebut," kata Sekda Kalbar Muhammad Bari saat membuka Seminar Pencegahan Pornografi dan Pornoaksi di Pontianak, Minggu.
Pada seminar yang digelar atas kerjasama Dharma Wanita Persatuan (DWP) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kalbar,
Bari menambahkan bahwa kemajuan teknologi informasi mempunyai manfaat, tetapi juga mengandung risiko dari kemudahan akses ke konten pornografi dan pornoaksi.
"Kami berharap seminar ini dapat memfasilitasi diskusi mengenai bagaimana keluarga dapat memberikan edukasi yang tepat kepada anak-anak tentang bahaya konten-konten tersebut," jelasnya.
Dia juga menyoroti dampak negatif dari konten pornografi dan pornoaksi, seperti gangguan kesehatan mental, perilaku menyimpang, dan kekerasan.
"Penting bagi kita untuk melakukan pencegahan sejak dini, dan orang tua harus menjadi contoh dalam hal ini, termasuk dalam hal berpakaian dan berperilaku," katanya.
Ketua DWP Provinsi Kalbar Ny D. Efy Masfiaty M Bari, melaporkan bahwa seminar ini merupakan bagian dari program kerja pengurus Bidang Pendidikan DWP Provinsi Kalbar Tahun 2024.
"Tujuan kami adalah agar keluarga anggota DWP dan anak-anak dapat mengadopsi langkah-langkah edukatif dan preventif terhadap pornografi dan pornoaksi dalam kehidupan sehari-hari," ujar Masfiaty.
Seminar ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan mendorong upaya preventif di lingkungan keluarga, serta memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk melindungi generasi muda dari bahaya konten pornografi dan pornoaksi.
Narasumber utama, Kepala DP3A Provinsi Kalbar, Dr. Herkulana Mekarryani S. M.Si, turut menjelaskan bagaimana keluarga bisa berperan dalam mencegah akses anak-anak terhadap konten negatif.
"Perkembangan teknologi membawa banyak manfaat, tetapi juga membuka celah bagi penyebaran konten yang merugikan. Orang tua harus proaktif dalam mengawasi dan membatasi penggunaan teknologi oleh anak-anak," katanya.