Moskow (ANTARA) - Ribuan orang turun ke jalan di seluruh Prancis pada Sabtu (7/9) atas ajakan partai-partai sayap kiri untuk memprotes pengangkatan Michel Barnier dari sayap kanan sebagai perdana menteri baru, lapor media Prancis.
Partai-partai sayap kiri Prancis dari aliansi New Popular Front, yang memenangi kursi terbanyak dalam pemilu parlemen dadakan baru-baru ini, telah menyerukan warga untuk menggelar protes di seluruh negeri setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak menunjuk kandidat mereka, Lucie Castets, sebagai kepala pemerintahan.
Partai terbesar dalam blok tersebut, yaitu partai sayap kiri France Unbowed, sebelumnya mengumumkan bahwa setidaknya 138 demonstrasi akan diadakan di berbagai kota Prancis.
Sekitar 2.000 pengunjuk rasa berkumpul di kota La Rochelle, Prancis barat, sementara sekitar 300 orang ikut serta dalam demonstrasi di kota tetangga, Saintes, menurut laporan stasiun radio France Bleu.
Demonstrasi lain dijadwalkan pada pukul 13.00 GMT di kota Angouleme.
Sekitar 600 orang bergabung dalam protes di departemen barat Dordogne, sementara antara 300 dan 400 orang berdemonstrasi di depan gedung prefektur di kota Pau, Prancis barat daya, menurut France Bleu.
Sekitar 600 orang berkumpul di dekat gedung prefektur di kota Le Mans, Prancis barat laut.
"Saya sangat terkejut dengan penolakan demokrasi seperti ini, penolakan terhadap suara para pemilih. Sayap kiri yang memimpin namun pihak sayap kanan yang justru diangkat menjadi perdana menteri," kata salah seorang pengunjuk rasa di Le Mans kepada stasiun radio tersebut.
Protes juga terjadi di pulau Corse, di mana sekitar 100 orang berkumpul di kota terbesarnya, Ajaccio, untuk berdemonstrasi menentang Macron, lapor stasiun radio tersebut.
Di Paris, orang-orang ikut serta dalam aksi protes melawan "perebutan kekuasaan oleh Macron," yang diorganisir oleh partai-partai sayap kiri, lapor koresponden RIA Novosti.
Para pengunjuk rasa berbaris dari Lapangan Bastille ke Lapangan Nation, dengan beberapa ribu orang ikut serta dalam demonstrasi tersebut, meneriakkan "Macron, turun!", "Macron adalah pengkhianat, mundur!", "Hentikan perebutan kekuasaan Macron!", dan "Macron anti-demokrasi."
Para pengunjuk rasa di Paris juga menentang pengangkatan Barnier sebagai perdana menteri baru.
Aksi protes tersebut diikuti oleh anggota parlemen dan pemimpin partai-partai sayap kiri, termasuk pendiri partai France Unbowed, Jean-Luc Melenchon, kata koresponden tersebut.
Aksi tersebut dihadiri oleh sekitar 26.000 orang, menurut laporan stasiun televisi BFMTV yang mengutip otoritas kota.
Sementara itu, para penyelenggara mengatakan bahwa 160.000 orang berpartisipasi dalam aksi di Paris dan 300.000 di seluruh negeri.
Pada Kamis, Barnier yang berusia 73 tahun diangkat oleh Macron untuk menduduki jabatan tertinggi di kabinet Prancis, 60 hari setelah pemilu parlemen dadakan di negara tersebut.
Barnier menjadi politisi tertua Prancis yang memegang posisi tersebut, menggantikan Gabriel Attal yang berusia 35 tahun, yang merupakan yang termuda saat diangkat.
Hasil pemilu Prancis membuat negara tersebut menghadapi parlemen yang terpecah, di mana tidak ada partai yang memegang mayoritas.
Aliansi New Popular Front, yang mencakup France Unbowed, Sosialis, Hijau, dan Komunis, muncul sebagai pemenang dalam putaran kedua, merebut 182 kursi di Majelis Nasional.
Koalisi Macron berada di posisi kedua dengan 168 kursi, sementara partai sayap kanan National Rally memenangi 143 kursi.
Sumber : Sputnik-OANA