Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri periode 2014-2024 Retno Marsudi menekankan pentingnya menjaga komitmen Bangsa Indonesia terhadap Pancasila untuk menghadapi berbagai tantangan dunia agar bisa tetap kokoh menghadapi dinamika politik global.
Hal tersebut dikatakan Retno Marsudi dalam seminar nasional bertajuk "Diplomasi Pancasila Bagi Dunia" di Kampus Universitas Pancasila Jakarta, Rabu.
Acara ini dipandu oleh Prof Dr Eddy Pratomo dan dihadiri oleh para pimpinan Universitas Pancasila serta sivitas akademika yang berkomitmen untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Retno Marsudi menekankan nilai-nilai patriotisme dan penerapan Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Sikap patriotisme merupakan sikap seseorang yang mau mengorbankan segalanya untuk kejayaan dan kemakmuran bangsa dan negaranya," ujar dia.
Jadi, kata dia, Pancasila adalah aset bangsa yang menyatukan berbagai suku, budaya, dan agama.
Retno juga mengemukakan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga martabat di tengah praktik transaksional global, serta pentingnya mendefinisikan kepentingan nasional.
Untuk itu, ia berharap generasi muda berpegang pada prinsip Pancasila sebagai petunjuk arah dalam berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, mantan Dubes Austria dan PBB Dr Darmansyah Djumala menekankan Pancasila sebagai falsafah, dasar negara, dan ideologi yang diimplementasikan dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Ia menggarisbawahi pengakuan Pancasila sebagai Memory of the World oleh UNESCO, yang diharapkan dapat menginspirasi hubungan internasional.
“Ujian sejarah membuktikan bahwa Pancasila dipegang teguh oleh Bangsa Indonesia dalam tiga dimensi: sebagai falsafah, dasar negara, dan ideologi," ujarnya.
Sebagai falsafah, kata dia, Pancasila diyakini sebagai sistem nilai yang hidup dalam masyarakat (Pancasila sebagai living ideology).
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum dan pedoman nilai dalam menyusun aturan.
"Sebagai ideologi, Pancasila memuat sekumpulan ide, gagasan, dan cita-cita dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan sebagai working ideology dalam kebijakan negara," katanya.
Rektor Universitas Pancasila Prof D Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan penyelenggaraan seminar ini bertujuan untuk membahas bagaimana diplomasi Indonesia dapat terus berkontribusi terhadap perdamaian dan kesejahteraan dunia.