Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar mengapresiasi peluncuran aplikasi Jajan Jajanan Lokal (JJL) dari Artotel dan Olsera dan menyebut hotel bisa menjadi sarana untuk mengembangkan ekosistem produk ekonomi kreatif dari UMKM.
“Hotel itu kalau saya boleh katakan adalah sebuah mitra atau platform di mana para UMKM, para pelaku ekraf, para pejuang ekraf itu bisa di showcase di sini supaya bisa dikenali oleh orang,” kata Irene dalam acara peluncuran aplikasi JJL di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan talenta ekonomi kreatif di Indonesia sebenarnya banyak dan yang dibutuhkan hanya “panggung “ untuk memperkenalkan produknya.
Hotel menjadi sarana yang tepat karena selain namanya sudah dikenal, juga bisa berkolaborasi dengan berbagai sektor seperti pemerintah atau sektor private.
Kolaborasinya bersama Artotel dan Olsera dalam mengembangkan aplikasi JJL juga untuk mendukung pertemuan bukan hanya UMKM di bidang kuliner dan merchandising sekitar area hotel yang telah terakurasi namun juga mengurangi carbon footprint dalam hal pengiriman logistik.
“Saya lihat sebenarnya adalah dengan adanya ini membantu tetangga reduce carbon footprint yang ada. Jadi tidak ada yang namanya dari Papua dikirim ke Aceh, kalau yang Aceh itu sendiri sudah ada. Nah, ini pertahanan dari setiap masing-masing kota bisa terjalin dengan adanya salah satu ekosistem ini,” kata Irene.
Kemenekraf telah memiliki big data untuk menguratori dan memperjuangkan pelaku ekonomi kreatif. Namun masih ada tugas besar untuk mengembangkan industri ekonomi kreatif agar mampu bersaing di pasar yang lebih besar.
Integrasi big data dari ke-17 subsektor ekonomi kreatif akan menggambarkan rantai value dan ekosistem seperti apa yang bisa diselaraskan dengan kementerian terkait, private sector apa yang bisa membantu serta merangkul komunitas untuk bisa berkembang bersama.
“Digital itu paling mudah untuk melihat cetak digitalnya, tapi yang harus dilakukan juga dari grassroots movement. Makanya salah satu kementerian yang kita langsung sowan adalah Kementerian Dalam Negeri karena dari perdesaan, dari provinsi, semuanya itu harus jalan bareng. Kalau di kota doang nanti ada gaps,” katanya.
Baca juga: Wamenekraf: Pameran imersif promosikan IP lokal ke pasar global