Jakarta (ANTARA) - Sepanjang tahun 2024, Indonesia telah menjadi tuan rumah bagi sejumlah forum diplomatik dan agenda internasional, yang hasil-hasilnya diharapkan berdampak besar tak hanya bagi Indonesia, namun juga kawasan dan bagi seluruh dunia.
Dari forum air dunia hingga forum keberlanjutan internasional yang digelar di Indonesia tahun ini menunjukkan semangat RI memainkan peran dan merebut inisiatif untuk menggerakkan dunia menyelesaikan isu global bersama.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia tak hanya berjuang mewujudkan dunia yang lebih baik dengan hadir pada agenda-agenda internasional di luar negeri, namun juga sebaliknya melanjutkan perjuangan bagi dunia dari dalam negeri.
Terlebih, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan supaya Indonesia “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Berhimpunnya para pemimpin bangsa di Tanah Air untuk membahas permasalahan dunia serta strategi menyelesaikan isu tersebut pun membawa dampak ikutan yang positif bagi Indonesia, seperti memacu aspek pariwisata dan perekonomian daerah, serta jadi ajang memamerkan keindahan budaya Indonesia kepada dunia.
Forum Air Dunia
Sebagai perwujudan komitmen terhadap isu air dunia yang semakin mendesak, Indonesia menjadi tuan rumah Forum Air Dunia (World Water Forum/WWF) Ke-10 di Bali pada 21—24 Mei 2024.
Acara tersebut dihadiri delapan kepala negara, tiga wakil kepala pemerintahan, tiga utusan khusus kepala negara, dan 105 menteri dari 132 negara dan organisasi internasional.
Tonggak terpenting dari WWF ke-10 adalah disahkannya deklarasi tingkat menteri yang mendorong kerja sama antara bangsa-bangsa untuk memperbaiki kualitas air dunia dan memastikan semua warga dunia memiliki akses atas air yang layak.
Deklarasi tersebut mencakup sejumlah komitmen, di antaranya, pendirian Centre of Excellence untuk ketahanan air dan iklim, pengarusutamaan isu pengelolaan air untuk negara-negara berkembang di pulau-pulau kecil, dan pengusulan deklarasi Hari Danau Sedunia.
Turut disahkan pula suatu kompendium aksi konkret World Water Forum Ke-10 yang menjadi bagian tak terpisahkan dari deklarasi tingkat menteri.
Kompendium tersebut mencakup 113 proyek di sektor air dan sanitasi dalam bentuk studi dan kajian, asistensi teknis, pusat riset, hingga pengembangan kapasitas yang bersifat bilateral dan multilateral dengan nilai total 9,4 miliar dolar AS (Rp149,94 triliun) yang akan dilaksanakan di sejumlah negara.
Indonesia pun berhasil melunasi salah satu amanat deklarasi tingkat menteri WWF Ke-10 terkait usulan Hari Danau Sedunia, usai Majelis Umum PBB resmi mengadopsi resolusi untuk menyatakan Hari Danau Sedunia setiap 27 Agustus secara konsensus dalam Sidang Majelis Umum Ke-79 pada 12 Desember 2024.
Forum Indonesia-Afrika
Pada 1—3 September 2024, Indonesia kembali melaksanakan Forum Indonesia-Afrika (Indonesia-Africa Forum/IAF) Ke-2 di Bali, meneruskan keberhasilan yang dicapai RI dalam IAF pertama yang diselenggarakan pada 2018.
Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri RI saat itu, meyakini bahwa pelaksanaan IAF Ke-2 mengandung setidaknya tiga makna. Yang pertama, yaitu masih relevannya Semangat Bandung dari Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dalam kerja sama Selatan Global (Global South).
Kedua, IAF merupakan upaya memacu kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan dan tidak terkait dengan ambisi geopolitik, sebagaimana yang menjadi harapan bersama dari negara-negara Afrika.
Yang ketiga, IAF jadi wahana mendorong kerja sama pembangunan melalui pengembangan kapasitas, termasuk di bidang pertanian dan industri hilir, yang amat diharapkan negeri-negeri Afrika.
Sejumlah capaian pun berhasil dibukukan selama forum tersebut, antara lain penandatanganan empat kesepakatan bisnis di sektor industri strategis, sembilan di sektor bisnis kesehatan, dan enam sektor bisnis energi baru terbarukan (EBT), dengan angka deliverables atau kerja sama konkret mencapai lebih dari 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp54,4 triliun).
Kesepakatan bisnis IAF Ke-2 itu melonjak tinggi dibanding pada IAF Ke-1 yang diselenggarakan tahun 2018, di mana kali itu tercapai kesepakatan bisnis senilai 586 juta dollar AS.
Beberapa memorandum of understanding (MoU) turut ditandatangani pada IAF Ke-2, antara lain, MoU pengelolaan panas Bumi dan tenaga Matahari serta MoU kerja sama farmasi dan transfer teknologi vaksin.
Forum keberlanjutan dunia
Tak lama berselang usai IAF 2024, forum Keberlanjutan Internasional Indonesia (Indonesia International Sustainability Forum/ISF) 2024 berlangsung pada 5--6 September di Jakarta untuk mendorong kolaborasi internasional dan berbagi kiat-kiat terbaik dalam dekarbonisasi guna memperkuat upaya global menuju pembangunan berkelanjutan.
ISF disebut sebagai pertemuan aksi iklim terbesar kedua di kawasan Asia-Pasifik setelah COP29 di Baku, Ibu Kota Azerbaijan. Lebih dari 11.000 peserta terdaftar dari 53 negara menjadi bagian dari acara ISF yang berlangsung selama dua hari tersebut.
Di antara capaian ISF 2024 yang diraih Indonesia di antaranya adalah terjalinnya kerja sama ekspor listrik energi terbarukan (EBT) sebesar 3,4 gigawatt dengan Singapura dengan nilai ekonomi hingga 30 miliar dolar AS (Rp484,99 triliun).
Tercapai pula penjajakan kerja sama mengenai fasilitas penangkapan karbon (carbon capture storage/CCS) dan pembahasan dengan pihak Malaysia mengenai ASEAN Grid yang memacu konektivitas energi hijau antarnegara.
Indonesia pun akan kembali menyelenggarakan ISF pada 2025 dengan lebih meriah di Bali, karena akan menggabungkannya dengan ekspedisi laut Ocean X Expedition yang telah dilakukan oleh RI sebelumnya.
Peran Indonesia menjadi tuan rumah ISF 2024 juga selaras dengan komitmen RI untuk mewujudkan emisi nol yang tercantum dalam Perjanjian Paris melalui Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebanyak 912 juta ton pada tahun 2030.
INASCA dan IEBF 2024
Indonesia juga secara sekaligus menyelenggarakan Forum Bisnis Indonesia-Asia Selatan dan Tengah (INASCA) 2024 pada 7 Oktober untuk pertama kalinya dan Forum Bisnis Indonesia-Eropa (IEBF) 2024 untuk yang ketiga kalinya pada 7--8 Oktober di Jakarta.
Menurut Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, kedua forum bisnis tersebut amat penting bagi meningkatkan pemahaman dan kesadaran pemangku kepentingan pada sektor bisnis dan industri Indonesia terhadap peluang usaha yang dimiliki negara-negara Asia Selatan, Asia Tengah, dan Eropa.
Sebaliknya, forum bisnis tersebut juga berperan penting memperkenalkan potensi Indonesia sebagai “gerbang strategis”, salah satunya melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia, bagi bisnis dan industri Asia Selatan, Asia Tengah, dan Eropa yang hendak memperluas usahanya ke kawasan Asia-Pasifik.
Kemlu RI pun mencatat total nilai transaksi dari kedua forum tersebut mencapai sekitar 19,3 miliar dolar AS (Rp 303,5 triliun), dengan rincian nilai transaksi pada INASCA 2024 mencapai 8,3 miliar dolar AS (130,5 triliun) dan IEBF 2024 sekitar 11 miliar dolar AS (sekitar Rp173 triliun).
Selain itu, INASCA 2024 juga memfasilitasi penandatanganan enam nota kesepahaman (MoU) terkait kemitraan bisnis antara perusahaan-perusahaan dari Indonesia dengan kawasan Asia Selatan dan Tengah, sementara dalam IEBF 2024, sebanyak tujuh MoU ditandatangani antara pebisnis Indonesia dan perusahaan-perusahaan dari negara-negara Eropa.
Keputusan RI mengemban tanggung jawab menjadi tuan rumah agenda-agenda dunia membuat Indonesia bisa menentukan agenda dan isu apa yang paling pantas disoroti dalam agenda tersebut baik di mata kepentingan nasional maupun bagi kemaslahatan dunia.
Melanjutkan perjuangan diplomasi Indonesia di “beranda rumah” sendiri juga semakin mendorong masyarakat Indonesia memahami pendirian pemimpin bangsa mereka terhadap isu global dan apa yang pemerintah mereka perjuangkan di kancah dunia.
Editor: Achmad Zaenal M