Pontianak (ANTARA) - Zunaidi dengan perlahan menggesek kartu debet di mesin EDC Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk melakukan penarikan uang tunai yang diminta pelanggannya. Sudah menjadi aktivitas rutin setiap awal bulan bagi sebagian warga di Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat untuk menarik uang dari gaji yang didapat hasil bekerja di perusahaan perkebunan sawit.
Selain penarikan gaji, pencairan bantuan uang tunai dari Program Keluarga Harapan (PKH) oleh penerima di daerah itu juga demikian rutin. Aktivitas transaksi keuangan mulai penarikan uang tunai, setor uang tunai, transfer uang, mengisi token listrik serta lainnnya sejak Desember 2023 lalu bagi masyarakat Batu Layar tidak perlu repot lagi. Hal itu karena Zunaidi mulai bergabung menjadi agen BRILink. Agen BRILink sendiri menjadi bagian program Layanan Keuangan Tanpa Kantor (Laku Pandai) yang diinisiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam rangka keuangan inklusif.
Sebelumnya, warga untuk melakukan transaksi keuangan baik untuk setor, menarik dan transfer uang butuh waktu 1-2 jam menuju pusat kabupaten atau kecamatan tetangga untuk ke kantor bank atau layanan ATM. Pasalnya hingga kini di Kecamatan Sejangkung dalam hal layanan kantor perbankan baik berupa kantor unit atau sejenisnya dan ATM masih tidak ada. Sehingga akses keuangan masyarakat terbatas dan butuh waktu untuk mengakses layanan perbankan tersebut.
Untungnya, dengan adanya agen BRILink yang memberikan layanan seperti di Kantor Bank BRI membuat masyarakat kini tidak perlu repot, waktu lebih singkat dan biaya dikeluarkan untuk mengakses keuangan tidak sebesar dulu. Agen BRILink merupakan perluasan layanan BRI yang menjalin kerja sama dengan nasabahnya sebagai agen dapat melayani transaksi perbankan yang layanan sudah mirip dengan kantor bank.
Keinginan pria kelahiran 1991 untuk menjadi Agen BRILink tersebut tidak terlepas dari tekadnya untuk membantu masyarakat agar mudah dan cepat dalam transaksi keuangan. Hal agar tidak terjadi seperti dialaminya dulu saat kuliah di mana orang tuannya untuk mengirim uang harus ke ibu kota kabupaten dulu.
"Saya kuliah di Malang. Orang tua saya ingin mengirim uang harus ke Sambas dulu butuh waktu dua jam dengan kondisi jalan yang rusak dan jarak yang jauh. Jadi sangat repot. Dengan hal itu dan adanya Agen BRILink, saya tak ingin masyarakat di sini tidak lagi kesulitan seperti orang tua saya dulu," di Sendoyan, Selasa.
Berkedudukan di daerah perbatasan atau beranda negeri, Sambas, Indonesia - Sarawak, Malaysia sejumlah keterbatasan dihadapi mulai infrastruktur jalan hingga akses perbankan. Hadirnya agen BRILink dapat meningkatkan inklusi keuangan dan menjadi angin segar bagi masyarakat untuk mengakses keuangan dan dunia digital. Hal itu juga turut mendorong ekonomi lokal untuk bergeliat dengan kemudahan transaksi keuangan untuk berdagang dan lainnya.
Inklusi keuangan sendiri merupakan upaya untuk memastikan semua orang, termasuk mereka yang rentan dan belum terlayani oleh sistem keuangan formal, memiliki akses yang sama terhadap produk dan layanan keuangan yang layak.
Bagi Zunaidi dengan menjadi agen BRILink selain dapat membantu inklusi keuangan juga menjadi sumber pendapatan baru selain usaha toko sembako yang ia buka sejak 2018 silam lalu.
"Selaku pelaku usaha dan masyarakat layanan BRILink sangat membantu sekali untuk mendorong dan menggerakkan ekonomi lokal. Layanan keuangan dipermudah dan ," jelas dia.

Layanan Dekat
Satu di antara warga Batu Layar, Yana mengaku sangat dimudahkan dalam hal penarikan uang saat suaminya gajian dengan hadirnya BRILink di desanya. Menurutnya, saat ini tidak perlu harus ke pusat kecamatan tetangga atau ke pusat kabupaten untuk menarik uang di kantor bank atau ATM.
Selain untuk menarik uang, dalam hal mengisi token listrik dan pembayaran belanja secara online dilakukannya melalui agen BRILink. Kondisi saat ini dirasakan begitu mudah untuk transaksi keuangan.
"Sangat bersyukur adanya Agen BRILink. Tidak perlu jauh dan repot dalam banyak hal terkait transaksi keuangan. Dulu butuh waktu dan biaya untuk itu, kini dekat rumah dan kapan pun bisa. Waktunya pun bebas, malam pun bisa selama Agen BRILik buka," ucap dia.
Kemudahan hadirnya BRILink juga disampaikan Perangkat Desa Sendoyan, Zainudin. Menurutnya akses keuangan dengan BRILik bisa lebih mudah dan dekat. Dengan hal itu mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dalam banyak hal semakin mudah pula.
"Literasi dan inklusi keuangan tentunya semakin baik dengan hadirnya BRILink. Agen ini menjadi solusi yang tepat dan mudah dalam setiap transaksi atau akses keuangan di desa," papar dia.

Tingkat Literasi dan Iklusi
Berdasarkan hasil survei nasional terakhir yakni pada 2022 indeks literasi keuangan di Provinsi Kalbar 51,95 persen atau masih di atas nasional yang hanya 49,68 persen. Sedangkan untuk inklusi keuangan di Kalbar sebesar 84,10 persen dan masih di bawah nasional yang angkanya 85,10 persen.
Hasil survei tersebut menggambarkan kondisi secara umum tingkat literasi dan inklusi keuangan di kabupaten dan kota di Kalbar. Dengan hasil survei yang ada masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara tingkat keterlibatan masyarakat dalam menggunakan produk jasa keuangan dengan tingkat pemahaman masyarakat terkait produk jasa keuangan tersebut.
Sehingga dengan adanya kesenjangan ini berisiko timbul permasalahan-permasalahan keuangan di tengah masyarakat seperti maraknya investasi bodong, penipuan, pembobolan rekening, dan lainnya. Dengan demikian, diperlukan pelaksanaan kegiatan literasi keuangan yang lebih masif.
Inklusi keuangan memiliki kaitan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi. Inklusi keuangan yang lebih tinggi seperti akses ke layanan keuangan yang lebih luas, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan efisiensi alokasi modal, pengurangan hambatan akses kredit, dan peningkatan aktivitas ekonomi.
Survei nasional literasi dan inklusi keuangan (SNLIK) menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf inklusi keuangan semakin baik pula perilaku keuangan yang pada gilirannya membantu aktivitas ekonomi. Untuk itulah pemerintah dari pusat hingga daerah, regulator dan industri keuangan serta masyarakat melalui berbagai upaya, program layanan perbankan baik melalui kantor atau tanpa kantor dimaksimalkan. Hal itu agar literasi dan inklusi keuangan terus meningkat.
Pada tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan SNLIK Tahun 2025 di semua provinsi di Indonesia guna mengetahui kondisi literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia pada 2024.
Kepala OJK Provinsi Kalbar Rochma Hidayati mengajak seluruh pemangku kepentingan di daerah untuk memperkuat literasi dan inklusi keuangan hingga menjangkau lapisan masyarakat di wilayah terpencil. Menurutnya, akses keuangan masyarakat Kalbar saat ini sudah cukup tinggi, namun tantangan terbesar adalah pada sisi edukasi.
“Secara angka, inklusi keuangan di Kalbar telah mencapai sekitar 85 persen. Namun PR kita, apakah seluruh masyarakat sudah benar-benar teredukasi dengan baik? Itu yang harus kita tingkatkan bersama,” ujarnya.
Selain masyarakat umum, OJK juga fokus menyasar kalangan pelajar dan pelaku UMKM. Melalui program Satu Pelajar Satu Rekening, Kalbar berhasil mencatat capaian hingga 95 persen pelajar telah memiliki tabungan. Sementara itu, sekitar 47 ribu pelaku UMKM telah terlayani oleh lembaga keuangan formal. Dari 1.890 desa di Kalbar, 88 persen sudah memiliki agen laku pandai, yakni pihak yang bekerja sama dengan bank untuk menyediakan layanan perbankan dasar di lokasi yang mudah dijangkau, seperti toko kelontong atau usaha kecil lainnya.
“Memang belum 100 persen karena masih ada kendala jaringan di beberapa wilayah,” terangnya.
Semoga dengan hadirnya Zunaidi dan para Agen BRILink lainnya dari BRI terus memberikan manfaat bagi masyarakat di daerah perbatasan untuk memudahkan transaksi keuangan. Sehingga dengan hal itu bisa memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi karena memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik, meningkatkan produktivitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
