Pontianak (ANTARA) - Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pontianak memulangkan 15 orang pendemo yang sebelumnya diamankan setelah aksi unjuk rasa elemen mahasiswa di depan Kantor DPRD Provinsi Kalimantan Barat berujung ricuh pada Rabu (27/8).
"Sebanyak 15 orang kita amankan karena melakukan perusakan fasilitas umum, melempar batu, serta melakukan perlawanan terhadap aparat saat berupaya membubarkan massa. Dari jumlah itu, sebagian diketahui masih berstatus pelajar SMA/SMK," kata Kepala Polresta Pontianak Komisaris Besar Polisi Suyono di Pontianak, Kamis.
Sebelum dipulangkan, seluruh pendemo itu diwajibkan membuat surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya.
Kapolresta menegaskan langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk pembinaan, khususnya bagi para pelajar yang terlibat aksi anarkis.
Menurutnya, kepolisian tidak melarang masyarakat menyampaikan pendapat, namun hal itu harus dilakukan secara tertib, sesuai ketentuan, serta tidak menimbulkan kerugian maupun merusak fasilitas publik.
"Kami tetap mengedepankan pendekatan humanis dalam menangani aksi unjuk rasa. Namun, bila demonstrasi mengarah pada tindak pidana yang merugikan masyarakat maupun merusak fasilitas umum, kami pastikan akan bertindak tegas," tuturnya.
Ia berharap kejadian tersebut dapat menjadi pelajaran bagi para pendemo agar tidak mengulanginya perbuatannya pada masa mendatang.
Sebelumnya, pada Rabu (27/8), ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Pontianak menggelar demonstrasi di depan Gedung DPRD Kalimantan Barat dengan menyuarakan tiga tuntutan.
Pertama, menuntut pencabutan tunjangan DPR RI. Kedua, mendesak pengesahan RUU Perampasan Aset, dan ketiga, meminta peningkatan gaji guru dan dosen.
Dalam aksinya, mahasiswa juga mendesak Ketua DPRD Kalbar Aloysius hadir langsung menemui massa. Namun, kericuhan terjadi ketika aparat berusaha menenangkan mahasiswa yang bersikeras ingin masuk gedung DPRD.
Massa menolak tawaran pertemuan terbatas dengan perwakilan dan menegaskan hanya akan berdialog jika dihadiri langsung pimpinan DPRD Kalbar.
"Kami mau semuanya masuk. Satu masuk, semua masuk. Kami ingin Ketua DPRD Kalbar hadir mendengarkan aspirasi rakyat!" teriak seorang orator dari atas mobil komando.
Namun, aksi massa yang semakin beringas dengan merusak fasilitas umum dan terus melempari petugas kepolisian dengan batu.
Kondisi itu membuat petugas terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa dan menahan beberapa pendemo yang nekat untuk menerobos masuk gedung DPRD.
