Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria mendorong Kebun Raya Eka Karya Bali di Kabupaten Tabanan menjadi living lab unggulan yang diharapkan mampu memperkuat riset dan edukasi di bidang biodiversitas Indonesia.
Menurut Arif, konsep living lab sedang menjadi tren global, karena mampu menghadirkan kawasan riset berbasis ekosistem nyata. Dengan luas sekitar 120 hektare, Kebun Raya Bali memiliki potensi besar untuk pengembangan riset biologi, ekologi, kehutanan, dan berbagai disiplin ilmiah lainnya.
“Kami ingin menjadikan seluruh living lab BRIN menjadi pusat riset excellence sesuai dengan bidangnya,” ujar Arif dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Selain sebagai pusat riset, lanjut Arif, Kebun Raya Bali juga memiliki peran strategis dalam edukasi publik. Keberadaan koleksi tanaman langka dan bersejarah dapat menginspirasi anak-anak, pelajar, dan masyarakat luas untuk mencintai dunia flora.
"Karena Kebun Raya ini kan kaya akan tanaman langka, kaya akan tanaman yang bersejarah. Jadi, ini mendorong kecintaan anak-anak kepada Kebun Raya," kata Arif.
Saat ini, katanya, BRIN bermitra untuk mengelola kebun raya di seluruh Indonesia. Arif berharap kolaborasi yang telah terbangun dapat terus mengedepankan riset sebagai prioritas utama.
"Karena itu, Kebun Raya Bali harus dikelola, apalagi sudah kita mitrakan. Maka kita terus berharap kemitraan ini seimbang antara kepentingan eduwisata, bisnis, dan yang paling penting penelitian," ujar Arif.
Kepala BRIN hadir di Kebun Raya Bali pada Jumat (5/12) guna melihat langsung fasilitas dan berdialog dengan para peneliti BRIN.
Dari dialog tersebut, Arif menyebut aspirasi peneliti di Kebun Raya Bali juga sejalan dengan masukan peneliti BRIN di berbagai daerah.
"Isu-isu tersebut sudah kami pahami dan langkah-langkah solusinya telah kami siapkan secara bertahap," ujar Arief.
