Pontianak (ANTARA Kalbar) - Optimisme menang Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Barat, Cornelis, yang tetap berpasangan dengan Christiandy Sanjaya di pemilihan gubernur tahun 2012, sudah muncul sejak berbulan sebelum pemungutan suara berlangsung pada 20 September.

Bahkan, ia berkali-kali tetap yakin menang meski "head to head" atau satu lawan satu dengan pasangan mana pun yang akan maju di Pilgub Kalbar. Meski faktanya, ada empat pasangan termasuk ia dan Christiandy yang bertarung memperebutkan kursi Gubernur Kalbar.

Optimisme itu ternyata manjadi kanyataan. Cornelis - Christiandy Sanjaya terlalu kokoh untuk ditumbangkan.

Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU Provinsi Kalbar, Cornelis - Christiandy Sanjaya meraih 52,13 persen atau 1.225.185 suara pemilih sah di Pilgub Kalbar. Lebih tinggi dari penghitungan cepat yang dilakukan "Rekode", di mana pasangan yang diusung PDI Perjuangan, Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa dan sejumlah partai lainnya, diperkirakan mendapat 50,2 persen suara.

Angka tersebut jauh di atas raihan pasangan lainnya, Armyn Alianyang-Fathan A Rasyid yang mendapat 361.744 suara. Sedangkan pasangan Morkes Effendi-Burhanuddin A Rasyid 591.081 suara pemilih dan pasangan Abang Tambul Husein-Barnabas Simin 172.016 suara pemilih.

Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Kalbar, Bobby Chrisnawan mengatakan, kondisi politik saat pelaksanaan Pilkada beberapa waktu lalu, sangat kondusif. "Baik dilihat dari kondisi sosial maupun keamanan," kata Bobby yang menjadi Ketua Tim Pilkada Partai Demokrat Kalbar itu.

Menurut dia, di masa pemerintahan Cornelis dan Christiandy Sanjaya, akses infrastruktur dibuka untuk daerah terpencil. "Daerah pehuluan, perbatasan, dan pedalaman, akses infrastruktur diperbaiki. Di perkotaan, pertumbuhan ekonomi berjalan dengan baik," kata dia.

Ia mengakui, kondisi itu sangat mempengaruhi psikologi partai dalam melawan "incumbent", Cornelis - Christiandy Sanjaya.

Namun, katanya, ada anggapan yang dinilai sebagai kelemahan dari gaya politik incumbent. Yakni, tidak adanya unsur Melayu Muslim yang biasanya menjadi salah satu pimpinan daerah di Kalbar selama 30 tahun terakhir. Cornelis dari etnis Dayak, Christiandy Sanjaya keturunan Tionghoa yang lahir di Kota Singkawang.

Fakta politik seperti itu membuat petahana menggunakan PDI Perjuangan sebagai basis untuk menghadapi partai-partai lain. Sementara di saat bersamaan, terjadi koalisi antara PDI Perjuangan dan Partai Demokrat. "Koalisi Partai Demokrat dan PDI Perjuangan ini, tidak biasa terjadi di politik nasional," kata dia.

Posisi Partai Kebangkitan Bangsa menjadi kekuatan, poros nasionalis dan etnis dapat diakomodasi dengan baik di dalam kampanye incumbent. "Kondisi ini dapat menutupi kelemahan etnisitas sehingga Cornelis dan Christiandy Sanjaya memperoleh simpati rakyat dan akhirnya menang 52 persen dalam satu putaran," kata Bobby yang juga menjadi tim inti saat kampanye.



Ketimpangan Pembangunan

Cornelis dan Christiandy Sanjaya akan dilantik kembali sebagai Gubernur - Wakil Gubernur Kalbar periode 2013 - 2018 oleh Mendagri Gamawan Fauzi di Pontianak, Senin (14/1).

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof DR Eddy Suratman mengakui, baru pertama kalinya dalam lima tahun terakhir dia berani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalbar akan menembus angka 6 persen pada tahun 2013.

Dasarnya, kajian ekonomi beberapa tahun terakhir serta kondisi di lapangan. Namun, agak mengkhawatirkan kecenderungan ketimpangan pembangunan yang semakin besar.

Kondisi ini terjadi secara nasional. Data BPS menunjukkan bahwa Indeks Gini sudah melampaui angka 0,4 dan 40 persen penduduk berpendapatan rendah menerima kurang dari 17 persen pendapatan nasional.

"Angka-angka itu merupakan petunjuk yang nyata bahwa kita sedang mengalami ketimpangan pembangunan yang tinggi. Saya menduga hal yang sama terjadi di Kalimantan Barat," kata dia.

Menurut Eddy Suratman, kondisi itu harus menjadikan semua pihak waspada terhadap kemungkinan munculnya konflik yang dapat mengganggu upaya untuk meningkatkan investasi.

Ia berharap, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) cukup sensitif terhadap isu ini sehingga sungguh-sungguh merumuskan kebijakan dan program yang dapat mengurangi ketimpangan pembangunan. Di antaranya melalui memperluas akses masyarakat terhadap lahan pertanian, dengan membatasi pemberian izin penggunaan lahan ke perusahaan besar dan mendistribusikannya ke rakyat yang ada di sekitar lahan.

Upaya lain yang perlu dilakukan adalah memperluas akses masyarakat terhadap modal, dengan memberikan subsidi bunga sebagaimana sudah dilakukan di beberapa daerah lain di Indonesia. Lalu, hilirisasi produk hasil pertanian, perkebunan, dan pertambangan untuk menahan lebih banyak manfaat yang bisa dinikmati rakyat, yang diawali dengan peningkatan keterampilan masyarakat lokal.

Program berikutnya adalah memperlancar keterhubungan antardesa, desa ke kecamatan, antarakecamatan, dan kecamatan ke kabupaten agar jangkauan ekonomi pedesaan terus meluas, disamping memberikan subsidi kepada petani dan nelayan di luar subsidi APBN, seperti tambahan untuk subsidi pupuk, alat pertanian, bibit, alat tangkap ikan, pengolahan ikan, dan lain-lain guna meningkatkan produktivitas petani dan nelayan.

Selain itu, pemerintah pun perlu mendorong lembaga keuangan bank dan nonbank di daerah dalam meningkatkan alokasi kredit bagi petani dan nelayan dan mempermudah prosesnya, dengan program penjaminan pemerintah daerah.

Ia yakin, kalau itu terwujud, pertumbuhan ekonomi Kalbar akan lebih berkualitas lagi. Angka kemiskinan akan menurun di bawah 8 persen dan angka pengangguran terbuka akan mendekati tiga persen.

"Kunci dari semua itu adalah kepemimpinan. Saya berharap pelantikan kembali Bapak Cornelis dan Cristiandi Sanjaya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat untuk periode kedua, memberikan komitmen dan semangat baru pada mereka dan kita semua untuk bekerja habis-habisan bagi kepentingan rakyat," katanya menegaskan.

Ia mengingatkan, jika semua bekerja hanya dengan cara-cara biasa (business as usual), maka optimisme untuk capaian ekonomi tahun 2013 tidak akan jadi kenyataan.

Selaku Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Kabupaten Ketapang, Bobby Chrisnawan sepakat dengan Eddy Suratman. "Pasangan terpilih tetap fokus membangun infrastuktur guna membantu kelancaran dunia usaha, kemudahan dan kecepatan pelayanan birokrasi, memberantas pungli, dan membantu menjadi bapak angkat, sekaligus membuka kerja sama antarbank terutama Bank Kalbar dengan pengusaha muda dan UMKN di Kalbar ke depan," katanya.



Kekuasaan

Ada gula ada semut. Gula rasanya manis. Semut mengerubuti gula untuk menikmati rasa manis.

Kajian ini dapat analog dengan wilayah politik. Akan dijumpai citra yang sama. Kekuasaan di level apa pun, di mana pun dan sampai kapan pun diyakini mengundang orang-orang untuk mengelilingi dengan berbagai maksud serta kepentingan.

Ada anggapan, kekuasaan adalah gulanya. Kekuasaan itu manis. Siapa yang mendekat kekuasaan akan turut menikmati manis rasanya sesuai kontribusi, kadar dan amal perbuatannya.

Sementara dalam administrasi organisasi, kekuasaan menjelma dengan ujud kewenangan. Kewenangan ialah hak yang sah dari undang-undang untuk bertindak (komando).

Namun, antara kekuasaan dan kewenangan mutlak harus terkontrol. Tanpa kontrol, justru membahayakan kekuasaan itu sendiri, terutama kepentingan stakeholders (pemilik harapan) baik internal maupun eksternal organisasi.

Bobby Chrisnawan menyadari, sebagai salah satu pengusung pasangan Cornelis - Christiandy Sanjaya, ada beban yang ikut dipikul. "Terutama dari janji politik yang disampaikan selama kampanye," kata Bobby.

Setelah terpilih, ujar dia, tentu janji saat kampanye akan ditagih masyarakat. Ia tentu saja berharap, semua dapat terealisasi. "Dan seharusnya lebih baik dari periode sebelumnya," kata dia.

Janji yang diharapkan terealisasi masih terekam dengan baik. Di antranya komitmen akan lebih meningkatkan semua sisi pembangunan terutama pemberdayaan dan pemerataan pembangunan masyarakat hulu dan pesisir dalam bidang pendidikan, kesehatan, pembangunan jalan dan transportasi pendukungnya, juga keamanan Kalbar dan hubungan yang lebih mesra antaretnis dan agama.

Ia siap untuk mengingatkan kedua pasangan itu melalui jalur yang tepat. "Dari segi partai, Christiandy Sanjaya merupakan kader Partai Demokrat. Banyak cara dan upaya agar tetap dalam jalur yang benar, karena ini semua bukan untuk kepentingan Partai Demokrat, PDI Perjuangan, atau kelompok tertentu. Melainkan rakyat, mereka yang berhak mendapat yang terbaik," kata Bobby Chrisnawan.

Gula habis karena dimakan semut. Artinya, kalau dianalogikan ke politik, kekuasaan akan habis karena sekitarnya. Pepatah ini yang perlu diingat para penguasa, termasuk pasangan Cornelis - Christiandy Sanjaya.


Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013