Wakil Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan menegaskan, saat ini Kalbar menjadi provinsi dengan tingkat kerawanan yang tinggi untuk penyebaran HIV/AIDS, sehingga dirinya berharap adanya optimalisasi dari peran Komisi Penanggulangan AIDS yang sudah terbentuk di provinsi itu.
"Kalbar saat ini merupakan provinsi di Indonesia dengan tingkat kerawanan yang tinggi dalam penyebaran HIV, apalagi ditambah penularan yang sulit terdeteksi, sehingga jumlah kasus yang dilaporkan jauh dari kondisi yang sebenarnya, atau yang populer tersebut sebagai fenomena gunung es," kata Ria Norsan saat menghadiri rapat koordinasi pencegahan dan penanggulangan AIDS di Pontianak, Kamis.
Baca juga: Tahun 2030 tidak ada lagi kematian akibat HIV-AIDS
Norsan berharap optimalisasi peran komisi penanggulangan AIDS (KPA) yang telah terbentuk di setiap kabupaten/kota dan menyediakan penganggaran melalui APBD Kabupaten/Kota berjalan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
"Data dari Dinkes Kalbar tahun 1993 sampai dengan Desember 2018 tercatat penularan HIV di seluruh Kalbar sebanyak 7.114 kasus dan AIDS sebanyak 4.170 kasus, di antaranya 1.114 orang telah meninggal dunia," kata Ria Norsan.
Dari jumlah kasus HIV tersebut diketahui sebagian besar dalam kategori usia produktif 20-49 tahun dengan persentanse sebanyak 80,52 persen. Hal ini tentu berdampak pada perubahan generasi muda sebagai penerus kemerdekaan pembangunan bangsa Indonesia.
Baca juga: Kapuas Hulu jamin hak pendidikan siswa terinfeksi HIV/AIDS
Jumlah tersebut menurut Ria Norsan adalah jumlah yang diketahui dan terdata melalui fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, dan tidak menutup kemungkinan kasus lapangan akan jauh lebih besar karena masih banyak orang-orang yang berisiko tinggi belum melakukan tes HIV dan tidak menyadari sudah tertular virus ini.
"Salah satu faktor penting yang harus dibangun dan dikembangkan adalah kesamaan persepsi antar-KPA Provinsi, KPA kabupaten/kota dan berbagai elemen masyarakat, sehingga akhirnya epidemi HIV/-AIDS di Provinsi Kalimantan Barat dapat menurun dan dikendalikan," tuturnya.
Dia mengatakan, berdasarkan epidemi HIV dan AIDS di Kalbar dari laporan dinas kesehatan setempat, provinsi ini berada dalam tahap penyebaran yang terkonsentrasi pada kelompok-kelompok berisiko tinggi, akan tetapi beberapa kasus juga sudah ditemukan pada ibu rumah tangga dan bayi-bayi yang mendapatkan infeksi penularan dari suami/ayahnya.
Baca juga: Penderita HIV AIDS terancam tidak bisa mendapatkan obat
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Kalbar saat ini merupakan provinsi di Indonesia dengan tingkat kerawanan yang tinggi dalam penyebaran HIV, apalagi ditambah penularan yang sulit terdeteksi, sehingga jumlah kasus yang dilaporkan jauh dari kondisi yang sebenarnya, atau yang populer tersebut sebagai fenomena gunung es," kata Ria Norsan saat menghadiri rapat koordinasi pencegahan dan penanggulangan AIDS di Pontianak, Kamis.
Baca juga: Tahun 2030 tidak ada lagi kematian akibat HIV-AIDS
Norsan berharap optimalisasi peran komisi penanggulangan AIDS (KPA) yang telah terbentuk di setiap kabupaten/kota dan menyediakan penganggaran melalui APBD Kabupaten/Kota berjalan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
"Data dari Dinkes Kalbar tahun 1993 sampai dengan Desember 2018 tercatat penularan HIV di seluruh Kalbar sebanyak 7.114 kasus dan AIDS sebanyak 4.170 kasus, di antaranya 1.114 orang telah meninggal dunia," kata Ria Norsan.
Dari jumlah kasus HIV tersebut diketahui sebagian besar dalam kategori usia produktif 20-49 tahun dengan persentanse sebanyak 80,52 persen. Hal ini tentu berdampak pada perubahan generasi muda sebagai penerus kemerdekaan pembangunan bangsa Indonesia.
Baca juga: Kapuas Hulu jamin hak pendidikan siswa terinfeksi HIV/AIDS
Jumlah tersebut menurut Ria Norsan adalah jumlah yang diketahui dan terdata melalui fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, dan tidak menutup kemungkinan kasus lapangan akan jauh lebih besar karena masih banyak orang-orang yang berisiko tinggi belum melakukan tes HIV dan tidak menyadari sudah tertular virus ini.
"Salah satu faktor penting yang harus dibangun dan dikembangkan adalah kesamaan persepsi antar-KPA Provinsi, KPA kabupaten/kota dan berbagai elemen masyarakat, sehingga akhirnya epidemi HIV/-AIDS di Provinsi Kalimantan Barat dapat menurun dan dikendalikan," tuturnya.
Dia mengatakan, berdasarkan epidemi HIV dan AIDS di Kalbar dari laporan dinas kesehatan setempat, provinsi ini berada dalam tahap penyebaran yang terkonsentrasi pada kelompok-kelompok berisiko tinggi, akan tetapi beberapa kasus juga sudah ditemukan pada ibu rumah tangga dan bayi-bayi yang mendapatkan infeksi penularan dari suami/ayahnya.
Baca juga: Penderita HIV AIDS terancam tidak bisa mendapatkan obat
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019