Pontianak (Antara Kalbar) - Cargill ikut mendorong upaya peningkatan perlawanan terhadap HIV/AIDS di Provinsi Kalimantan Barat, yang tercatat sebagai provinsi kesembilan yang terbanyak mengidap HIV/AIDS di Indonesia.
Pada peringatan Hari AIDS, Cargill menggalang usaha untuk mengingatkan masyarakat bahwa HIV/AIDS belum hilang sehingga usaha membendung penyebarannya dengan meningkatkan kesadaran, menghilangkan prasangka dan meningkatkan pendidikan masih sangat diperlukan.
Terkait hal itu, beberapa waktu lalu Cargill menggelar seminar dan talk show dikalangan remaja Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang. Ada sekitar 200 pelajar yang hadir di SMP 01 Manis Mata . Cargill bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang dan Kresensia Aprilla, Duta HIV/AIDS dari Pontianak.
Tema tahun ini adalah "Peran Pendidikan dan Deteksi Dini Dalam Mencegah Penyebaran HIV/AIDS". Targetnya adalah para pemuda di dalam lingkungan masyarakat dan karyawan, dengan menekankan tindakan pencegahan dan eteksi dini untuk memastikan peningkatan angka keberhasilan dalam pengobatan.
"Jika generasi muda mengerti bagaimana HIV ditularkan, bagaimana HIV dapat dicegah, dan kenyataan hidup dengan HIV saat ini – mereka dapat menggunakan pengetahuan itu untuk menjaga kesehatan mereka sendiri dan kesehatan orang lain, serta memastikan setiap orang memperlakukan setiap orang yang hidup dengan HIV secara adil, dan dengan rasa menghargai dan pengertian," kata Kresensia Aprilla.
Menurut dia, Hari AIDS Dunia merupakan kesempatan baik untuk mempelajari fakta-fakta tentang HIV dan menjalankan pengetahuan itu.
Para pelajar diberikan pengertian tentang risiko HIV/AIDS. "Pertama kali, saya pikir HIV/AIDS dapat dengan mudah ditularkan, oleh gigitan nyamuk misalnya," ujar Peni, pelajar SMP 1 Manismata. "Ternyata untuk melindungi diri kita sendiri dari penyakit itu cukup sederhana, hanya menjauhi narkoba, hubungan seks sembarangan dan tidak terlindungi serta melakukan kegiatan yang baik seperti bergabung dalam organisasi kepemudaan".
HIV/AIDS seringkali tidak menjadi bahan pembicaraan yang umum karena kebanyakan orang Indonesia menganggap hal itu tabu untuk dibicarakan. Stigma tentang HIV mempunyai konsekuensi marjinalisasi terhadap penyakit ini dan orang-orang yang hidup dengan HIV.
"Jika kita ingin mengurangi jumlah orang yang baru terinfeksi dan meninggal karena HIV, serta meniadakan diskriminasi, kita harus menghilangkan stigma dan marjinalisasi yang terus berkembang di dalam masyarakat," kata Syarifah Ningsih dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang.
Syarifah menambahkan bahwa pembicaraan tentang HIV harus dipusatkan pada pemberantasan stigma penyakit ini. "Kita tidak dapat membiarkan orang-orang yang hidup dengan HIV merasa malu atau tidak disukai. Kita harus mulai membiasakan diri menerima mereka; kalau tidak banyak orang akan terus menghindari mereka, dan penyakit ini akan terus menyebar," katanya.
HIV terus berdampak pada wanita dan juga menjadi penyebab utama kematian secara global di antara wanita-wanita pada usia reproduktif. Secara global, pada tahun 2013, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, 64 persen orang yang baru terinfeksi di antara orang-orang muda (usia 15-19 tahun) adalah wanita.
Cargill, berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang dan Jungle Queen memprakarsai suatu seminar kesehatan mengenai HIV/AIDS di tempat kerja. Jungle Queen adalah suatu organisasi yang bertujuan untuk melindungi karyawan-karyawan wanita dari kekerasan seksual, meningkatkan kesadaran akan hak-hak wanita dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesejahteraan kaum wanita.
"HIV/AIDS bukan hal yang baru dan tidak seharusnya menjadi hal yang tabu. Setiap orang di antara kita, termasuk anggota Jungle Queen, harus melawan krisis HIV, cukup berani untuk berbicara pada orang-orang yang kita cintai, berbicara terus terang untuk membela orang-orang yang terinfeksi, dan menginspirasi orang-orang lain untuk menjadi inklusif,†kata Rosliani Fitria, Ketua Jungle Queen.
"Program-program yang mengedepankan persamaan hak, non diskriminasi, partisipasi dan ajakan pada orang-orang yang hidup dengan HIV harus dijalankan," kata dia.
Dunia telah berkomitmen untuk mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030 sebagai bagian dari Tujuan Pengembangan yang Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dan Cargill sedang membantu Indonesia untuk mencapai tujuan itu.