Pemerintah kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat melalui dinas Pemuda Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) menyebutkan, pengolahan buah tengkawang memiliki hubungan yang erat dengan pengembangan desa wisata, terutama di Sahan Kecamatan Seluas dan Kecamatan Jagoi Babang.
"Karena proses pengolahan tengkawang secara tradisional maupun modern dapat menjadi daya tarik wisata edukasi. Wisatawan dapat belajar tentang proses pengolahan, manfaat tengkawang, dan mencicipi produk-produk olahannya," kata Kepada Disporapar Kabupaten Bengkayang, I Made Putra Negara, Selasa.
Selain itu kata dia, pengolahan tengkawang juga menawarkan prospek ekonomi yang cerah bagi masyarakat lokal setempat. Peningkatan ekonomi melalui penjualan produk olahan dan jasa wisata.
"Pemanfaatan tengkawang yang berkelanjutan dapat mendorong konservasi hutan sebagai sumber daya alam. Masyarakat akan lebih termotivasi untuk menjaga hutan agar tetap lestari," katanya.
Kemudian kata dia, dari sisi nilai pariwisata, produk olahan tengkawang dapat menjadi produk khas desa wisata yang dapat dipasarkan kepada wisatawan sebagai oleh-oleh.
Ia menambahkan, beberapa faktor yang mendukung nilai ekonomi wisata dari olahan tengkawang, pertama, produk yang diolah dari buah tengkawang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan buah tengkawang mentah.
Harga lemak tengkawang lanjutnya, bisa mencapai Rp150 ribu per kilogram, dengan kata lain jauh lebih tinggi dari harga buah kering yang hanya Rp3 ribu per kilogram.
"Produk yang telah diolah ini akan dijual ke pengunjung di desa wisata yang ada di Sahan sebagai oleh-oleh. Kemudian pemintaan pasar terhadap produk alami dan berkelanjutan ini juga meningkat," kata dia.
Selain itu, buah tengkawang juga dapat diolah menjadi produk turunan seperti margarin, lilin aromatik, es krim, pizza dan kosmetik. Kemudian di sisi ekspor juga sudah menembus pasar internasional, terutama di Belanda, Perancis dan Korea.
Sementara itu, desa wisata Sahan yang menghasilkan produk Tengkawang ini juga dapat melakukan kerjasama dengan desa wisata lainnya di Bengkayang, seperti desa wisata Jagoi Babang - guna mengembangkan potensi desa secara bersama-sama.
"Dengan memaksimalkan potensi pengolahan tengkawang, desa wisata Sahan dan Jagoi Babang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, melestarikan alam, dan menawarkan pengalaman wisata yang unik dan berkesan bagi para pengunjung," kata dia.
Pengelola Koperasi Pikul Tengkawang Layar Desa Sahan, Daminus Nadu menuturkan, pasaran untuk olahan mentega dan juga minyak tengkawang terkendala dengan izin BPOM sehingga sulit dipasarkan di Indonesia.
"Kelebihan mentega dan minyak tengkawang ini tidak mengandung kolesterol, kedua, memang betul-betul minyak murni tanpa dicampur pengawet," ujarnya.
Ia berharap, pemerintah dapat mengupayakan agar mentega yang dikelola oleh masyarakat desa Wisata Sahan dapat memiliki izin.
"Fokus kami masih pada pengolahan tengkawang karena menurut saya ini belum tuntas. Sertifikat halal sudah ada, namun kendala utama kami saat ini adalah proses izin dari Balai POM," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2025