Bogor (ANTARA Kalbar) - Sejumlah wartawan dari beberapa media yang bertugas meliput proyek wisma atlet di Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, setelah diberitakan ambruk, mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Satpam proyek tersebut, Senin.
Beberapa wartawan tersebut yakni Jafkhairi pewarta foto LKBN ANTARA, Deni pewarta foto Pikiran Rakyat, Radar Bogor, The Jakarta Globe dan Warta Kota.
Sejumlah wartawan dilarang mengambil foto, bahkan beberapa dari mereka terlibat aksi kejar-kejaran dengan petugas satpam proyek tersebut.
"Sewaktu kami mengambil foto dari bukit di sebelah pembangunan proyek, sejumlah satpam meniupkan peluit melarang kami mengambil foto, bahkan di antara mereka mencoba mengejar kami," kata Jafkhairi.
Tidak hanya menerima perlakuan tidak menyenangkan, saat menghindari kejaran satpam tersebut Jafkhairi sempat terjatuh dari sepeda motornya karena harus menuruni bukit cukup curam.
Meski telah terjatuh dari motor, petugas Satpam masih terus mencoba mengejar, hingga untuk ke dua kalinya Jafkhairi terjatuh dan telepon selulernya rusak akibat terbanting.
"Beruntung ketika jatuh yang kedua kali saya ditolong warga sekitar. Saya dibawa ke Saung untung menghindari kejaran Satpam," katanya.
Sikap arogan petugas Satpam juga disayangkan Deni, pewarta foto dari Harian Pikiran Rakyat.
Menurutnya, Satpam proyek tidak perlu bersikap arogan dan melarang wartawan memotret proyek tersebut karena pemotretan dilakukan di luar proyek, tepatnya di lahan yang terdapat bangunan Majelis Ta'lim.
"Waktu saya mau motret di depan pintu masuk proyek dilarang oleh satpam. Saya malah disarankan memotret dari atas bukit di luar lokasi proyek," kata Deni.
Deni merupakan salah satu dari sejumlah wartawan yang yang ikut dikejar satpam saat hendak mengambil foto lokasi proyek.
Menurut sejumlah wartawan yang meliput lokasi poryek Hambalang, pengamanan di areal proyek tersebut semakin diperketat.
Penjagaan tidak hanya di depan pintu masuk proyek tersebut, tapi juga dilakukan di pagar pembatas antara lokasi proyek dengan lahan milik warga.
Sementara itu, kegiatan pembangunan wisma atlet Hambalang masih tetap berlangsung seperti biasa. Sejumlah pekerja sibuk bekerja memasang seng pembatas di depan pintu masuk.
Beberapa pekerja lainnya sibuk mengecat seng dengan warna abu-abu.
Menurut Deni, wartawan mencoba mengambil gambar lokasi proyek dari atas bukit, yang lokasinya bersebelahan dengan proyek tersebut. Namun, posisi bangunan yang ambruk tidak terlihat langsung, karena letak bangunannya di belakang.
Saat wartawan mengambil gambar, tiga satpam - dua orang memakai seragam hitam sedang seorang lagi memakai kaos putih dan berkacamata hitam - mulai menunjukkan ketidaksukaan dengan kehadiran wartawan.
Ketiga satpam itu kemudian berkumpul di pagar beton pembatas antara proyek dengan lahan warga.
"Beberapa menit kemudian, datang tiga wartawan lainnya ke lokasi bukit. Mereka adalah pewarta foto Warta Kota, wartawan Suara Merdeka dan Pikiran Rakyat. Baru saja akan mengambil gambar, tiba-tiba seorang satpam meniupkan peluit sambil berlari mengejar wartawan," kata Deni.
Saat dikonfirmasi mengenai ambruknya dua bangunan di proyek wisma atlet Hambalang, seorang staf proyek membantah kejadian itu.
Menurut pria yang tidak ingin disebutkan namanya itu, tidak ada bangunan yang roboh atau ambles akhir pekan lalu.
"Bulan September tahun lalu kan musim hujan, beberapa minggu kemudian tanah ambles sehingga posisi bangunan rumah genset miring. Karena sudah tidak bisa dipakai, kami robohkan bangunannya, jadi bukan karena roboh sendiri," katanya.
Ia menambahkan, selain bangunan untuk genset, kondisi tanah yang labil juga menyebabkan satu lapangan bulu tangkis menjadi miring. Karena itu, pembangunan lapangan tersebut tidak dilanjutkan lagi.
(T.KR-LR)
Wartawan Peliput Proyek Hambalang Dikejar Satpam
Senin, 28 Mei 2012 21:36 WIB