London (ANTARAKalbar) - Ranomi Kromowidjojo memasuki Olimpiade London dengan tulisan No. 1 setelah namanya. Ia santai-santai saja dengan pengharapan itu.
Atlet Belanda tersebut merupakan perenang cepat favorit dalam nomor gaya bebas 50 meter dan 100 meter saat dia mencatat waktu tercepat dalam baju renang tanpa karet pada pertandingan di Belanda April lalu.
Dan pada Kamis (2/8), Ranomi memenangkan medali emas dalam gaya bebas putri 100 meter, atau medali emas kedua untuk Belanda setelah yang pertama diraih atlet balap sepeda Marianne Vos.
Sebelumnya, pada presentasi tim Rabu (1/8), Ranomi bergabung dengan tiga perenang lainnya yang berbagi medali emas dengannya untuk nomor estafet 4x100 meter, baik pada Olimpiade lalu dan dua pertandingan dunia terakhir, dan semua perhatian tertuju ke arahnya.
"Saya mengharapkan pertandingan yang baik. Saya tidak terfokus pada waktu," ujarnya. "Saya tidak merasa mendapat tekanan. Tekanan paling besar datang dari diri saya sendiri. Saya ingin mencapai sesuatu yang besar."
Ayah Ranomi berasal dari Suriname, sementara kakek serta nenek buyutnya adalah orang Jawa Indonesia. Namun Ranomi lahir dan besar di Belanda. Dua tahun lalu, ia terlepas dari meningitis, infeksi lapisan dalam selaput otak. Saat itu ia bertanya-tanya apakah ia bisa berenang lagi.
"Penyakit itu membuat saya bertambah kuat. Saya mengalami masa sulit tapi hal itu hanya membuat saya makin kuat," tutur Ranomi.
Ia merupakan nama terbaru dalam daftar panjang perenang cepat hebat dari Belanda, dimulai dari Pieter van den Hoogenband dan Inge de Bruijn. Mereka berdua memenangkan 15 medali Olimpiade di Olimpiade Sydney 2000 dan Athena 2004.
Ranomi baru bergabung dengan tim Belanda saat De Bruijn pensiun pada 2007, dan masih menghadapi salah satu rival terlama De Bruijn, yaitu Therese Alshammar, 34, dari Swedia.
"Saya masih kecil saat itu, tapi saya ingat pertandingan mereka," ujar Ranomi, yang berusia 21 tahun. "Inge adalah idola saya dan saya menantikan pertandingan melawan Therese dan juga Sarah [Sjoestroem, juga dari Swedia]. Pertandingannya akan menyenangkan."
Penantang lain termasuk juara bertahan 50 dan 100 meter Britta Steffen dari Jerman dan Francesca Halsall dari Inggris.
Ranomi dilatih oleh Jacco Verhaeren, yang sebelumnya melatih De Bruijn dan Van den Hoogenband. Mereka berlatih di stadion renang Pieter van den Hoogenband di Eindhoven bersama dengan anggota tim estafet Inge Dekker, Marleen Veldhuis dan Femke Heemskerk.
Tim Belanda tiba di zona Olimpiade Selasa setelah menjalani kamp pelatihan selama delapan hari di Leeds, selatan Inggris.
"Mereka siap, persiapannya sangat bagus. Perjalanan kami dengan kereta api lancar, jadi semua orang bisa beristirahat dan segar," ujar Verhaern. "Kami tidak memiliki masalah besar, tidak ada persoalan cedera atau sakit. Semua dapat melakukan pelatihan dengan baik. Semuanya baik-baik saja."
Bagi Ranomi, prestasinya dalam setahun terakhir merupakan peningkatan yang bertahap. Di Shanghai, ia agak kecewa karena mendapat medali perak pada nomor 50 meter dan perunggu pada 100 meter.
"Ia dalam keadaan yang jauh lebih baik daripada saat di Shanghai. Saat itu tidak buruk, tapi tidak cukup baik," ujar Verhaeren. "Kami telah menemukan keseimbangan yang baik antara pelatihan dan istirahat. Kemampuannya telah sangat meningkat, baik saat memulai pertandingan, memutar, dan di dalam air. Sebelumnya ia sudah bagus, namun dalam semua hal, juga fisik, ia telah membuat langkah maju."
Dan hal itu telah dibuktikannya dengan merebut medali emas.
(VOA/AP/Andrew Dampf)