Pontianak (ANTARA Kalbar) - Utusan khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Daniel Johan mengajak masyarakat menggalang surat dukungan untuk pembebasan Frans Hiu (22) dan Dharry Frully (21) yang divonis hukuman gantung oleh pengadilan di Malaysia.
"Masyarakat harus terus memantau dan memberi surat dukungan bagi pembebasan Frans dan Dharry, terutama saat upaya banding di Malaysia mulai disidangkan Desember mendatang," kata Daniel Johan saat dihubungi di Pontianak, Selasa.
Menurut dia, surat dukungan masyarakat yang meminta keadilan dan pembebasan untuk Frans dan Dharry sangat penting.
Daniel yang juga Wakil Sekjen DPP PKB itu melanjutkan, surat tersebut ditujukan langsung kepada Perdana Menteri Malaysia dan bisa dikirim ke rumah orangtua Frans. "Nanti akan kami teruskan kepada Menakertrans dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk disampaikan kepada Pemerintah Malaysia agar pengadilan benar-benar berjalan adil," kata Daniel yang mengaku diutus langsung oleh Menakertrans, Muhaimin Iskandar, untuk bertemu orang tua Frans dan Dharry.
Saat bertemu Daniel, ibu dari Hiu bersaudara itu menceritakan pengalamannya ketika berjumpa dengan kedua anaknya di penjara Selangor kepada Daniel. Sementara suaminya, Bong Djit Min sendiri, lebih banyak diam.
Sang ibu mengaku tidak mudah untuk bertemu kedua anaknya. Ia harus diperiksa petugas, dimintai surat dan paspor. Kemudian, harus menunggu satu hari baru dapat panggilan untuk bertemu.
Ibu Hiu berangkat ke Malaysia pada 19 Oktober dan baru berhasil bertemu Frans dan Dharry pada tanggal 23 Oktober. Mereka hanya bisa berbicara selama sekitar setengah jam melalui telepon karena ruangan itu tersekat oleh kaca.
Frans, ia mengutip pembicaraan Ibu Hiu saat itu, kaget ketika divonis hukuman gantung karena Frans mengaku hanya membela diri. "Pencuri itu juga mati karena overdosis," kata Daniel mengutip pembicaraan itu.
Menurut Servin, anak yang ikut ke Malaysia bersama Ibu Hiu, Frans dan Dharry tidak layak divonis mati. "Dari hasil otopsi katanya si pencuri itu paru-paru dan jantungnya memang sudah rusak. Dia sedang overdosis dan ditemukan obat di kantung celananya. Itu penjelasan dari konsulat kita di Malaysia," ujar Servin.
Frans dan Dharry berangkat ke Malaysia pada 2009. Tujuan semula hanya jalan-jalan. Namun Frans kemudian memberitahukan kalau mereka tidak pulang dan mau mencari kerja di Malaysia.
Ibu Hiu berharap ada keadilan untuk kedua anaknya. Ia juga berterima kasih kepada sejumlah pihak seperti masyarakat, Wagub Kalbar Christiandy Sanjaya, DPR, Menakertrans yang ikut mengirim utusan khusus sejak sebelum berangkat ke Malaysia hingga berhasil bertemu Frans dan Dharry.
Frans dan Dharry berasal dari keluarga tidak mampu, beralamat di Jalan Selat Sumba 3 Gang Mantuka Nomor 10, Siantan Tengah, Pontianak Utara. Rumah mereka sempit di lingkungan padat. Bapak Hiu bekerja sebagai buruh swasta dan memiliki empat putra. Frans anak pertama dan Dharry anak kedua. Anak bungsu mereka masih duduk di bangku SMA.
***3***
(T.T011/B/Y008/C/Y008) 06-11-2012 18:35:01
Daniel : Galang Surat Dukungan Pembebasan Frans - Dharry
Selasa, 6 November 2012 18:35 WIB