Jakarta (ANTARA Kalbar)- Gaya hidup yang sehat berdampak terhadap usia harapan hidup, karena dengan mempertahankan gaya hidup sehat, maka peluang untuk jatuh sakit menjadi makin kecil.
Managing Director Ipsos in Indonesia, Iwan Murty, dalam Keterangan pers di Jakarta, Jumat mengatakan, perubahan gaya hidup yang keliru dengan faktor-faktor makanan yang dikonsumsi setiap hari, olahraga atau aktivitas yang dilakukan, tingkat stres, dan kondisi lingkungan dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
Karena itu, pembangunan kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dibangun antara lain oleh perilaku hidup individual, ucapnya.
Iwan Murty menambahkan, hasil survei Ipsos dalam survei Asiabus awal bulan Oktober terhadap 1.044 orang Indonesia usia 15-64 tahun di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan menunjukkan 64 persen responden menyadari bahwa kesehatan itu sangat penting dan akan melakukan apa saja supaya tetap sehat.
Sementara 18 persen responden merawat kesehatannya sebaik mungkin, 14 persen berpikir selama tidak ada keluhan, mereka tidak khawatir dengan kesehatannya dan tiga persen kesehatan hanyalah salah satu aspek kehidupan dan menjaganya dari waktu ke waktu saja, katanya.
Menurut dia, pembangunan kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dibangun antara lain oleh perilaku hidup individual.
Pola hidup sehat orang Indonesia yang telah dibina sejak dini dengan pendidikan kesehatan dan promosi hidup sehat diharapkan menghasilkan generasi masa depan yang berkualitas sehingga sumber daya manusia bangsa yang tangguh, cerdas, produktif dan mampu bersaing dapat terwujud.
Dalam momen Hari Kesehatan Nasional tahun 2012, Ipsos ingin menampilkan bagaimana pandangan dan pola pikir orang Indonesia terhadap kesehatannya di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, tuturnya.
Ia menambahkan, setengah dari responden atau 51 persen merasa bahwa mereka mempunyai daya tahan yang kuat terhadap penyakit, 22 persen merasa mempunyai daya tahan cukup kuat, 13 persen daya tahan kuat terhadap penyakit.
Kemudian 12 persen sisanya merasa mempunyai daya tahan tubuh berkisar antara biasa-biasa saja sampai merasa sangat rentan terhadap penyakit, ujarnya.
Menurut dia, ada sejumlah alasan mereka merawat kesehatan,sekitar 84 persen merasa lebih baik, 71 persen agar terhindar dari sakit, 60 persen merawat kesehatan untuk meningkatkan kebugaran tubuh, 36 persen untuk lebih berenergi.
Kemudian, 22 persen dapat hidup selama mungkin, 14 persen merawat kulit, rambut dan penampilan yang lebih baik, delapan persen beralasan bahwa hidup sehat sedang menjadi tren dan hanya dua persen merawat kesehatan karena diharuskan oleh dokter.
Orang Indonesia yang menjaga kesehatannya, dengan makan secara sehat, lanjut dia, sebanyak 77 persen, 50 persen untuk menghindari stres, 48 persen memastikan tidur setidaknya tujuh jam sehari, 37 persen, melakukan olahraga, 32 persen menghindari kopi,rokok,dan alkohol, 24persen mengkonsumsi vitamin atau suplemen yang dapat memperkuat tubuh.
Saat sakit saja
Namun ada 11 persen responden yang mengatakan hanya merawat kesehatan waktu sakit saja, jelasnya.
Mengenai gejala-gejala sakit yang dialami selama kurun waktu tiga bulan terakhir, ia mengatakan, 55 persen responden mengalami sakit flu, 51 persen menderita pusing dan 37 persen batuk-batuk, 13 persen mudah mengantuk, 11 persen giginya sakit, 10 persen sakit tenggorokan, tujuh persen menderita migrain, enam persen diare, empat persen masuk angin dan pilek.
Untuk antisipasi penyakit ringan yang timbul tiba-tiba, 55 persen responden menyatakan menyimpan kotak P3K di rumah. Lima macam obat terbanyak yang disimpan adalah 69 persen menyimpan obat sakit kepala, 65 persen minyak angin, 59 persen mempunyai obat flu, 52 persen obat batuk, 48 persen antiseptik dan obat untuk membersihkan luka ringan.
Jika anak sakit, pertolongan pertama yang biasanya dilakukan adalah memberikan obat yang tersedia di rumah (46 persen), memastikan dahulu apa yang sebenarnya terjadi (20 persen), langsung membawanya ke dokter (15 persen), mengabarkan suami atau istrinya (11 persen), dan memeriksa suhu badan anak (tujuh persen).
Sikap responden terhadap tenaga kesehatan profesional, 49 persen selalu patuh perintah dokter, sementara 44 persen merasa lebih baik merawat kesehatan sendiri dibandingkan harus tergantung kepada dokter.
20 persen merasa bahwa untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang efektif maka diperlukan biaya besar, demikian Iwan Murty.
(A011)