Pontianak (ANTARA Kalbar) - Wajah Menteri BUMN Dahlan Iskan terlihat
sumringah saat berkunjung ke Desa Sungai Jawi, Kecamatan Matan Hilir
Selatan, Kabupaten Ketapang, Senin (17/12) pagi.
Sambil tertawa dan tersenyum lebar, ia mencoba mesin penanam padi,
`rice transplanter`, di atas lahan yang sudah disiapkan sebelumnya.
Seolah tak sabar, ia pun tak mau menggunakan sepatu "boot" yang
disediakan. Sambil menggulung celana kain yang digunakan hingga
sedengkul, Dahlan Iskan langsung turun ke sawah. Sesuatu yang tidak
asing lagi baginya. "Orang tua saya petani," kata dia. Sementara di
kejauhan, terlihat puluhan alat berat seperti ekskavator, tengah mengolah
lahan.
Wajahnya pantas sumringah. Ia mengungkapkan, sejak dulu, Indonesia
punya mimpi punya lahan pertanian skala besar yang dikelola secara
modern dan terintegrasi.
"Sejak zaman Pak Harto, lahannya sudah dibiayai, tapi (hasilnya)
gagal total, karena teknologinya di area sulit," ujar Dahlan.
Dahlan agaknya punya mimpi yang sama. Dengan "kekuatan" yang dimiliki melalui BUMN, mimpi itu perlahan coba diwujudkan.
Di Kecamatan Matan Hilir Selatan itu, PT Sang Hyang Sri menjadi
"leader" dengan melibatkan BUMN lain. Di antaranya PT Brantas, PT Hutama
Karya, PT Indra Karya. "Sang Hyang Sri tidak bisa bekerja sendiri,"
kata Dahlan yang namanya dielu-elukan warga yang hadir.
Sedangkan untuk pendanaan, sejumlah BUMN "kaya" dilibatkan di
antaranya PT Pelindo, PT PGN, Pertamina, BNI, PT Askes, PTPN XIII, Bang
Mandiri, Bank BRI dan lainnya.
"BUMN akan 'all out' untuk menyukseskan ini," kata Dahlan menegaskan.
Beberapa waktu sebelumnya, rencana untuk membangun kawasan pangan
skala luas yang modern itu akan difasilitasi Pemprov Kaltim. Luasnya 100
ribu hektare. Dahlan pun sudah meninjau dari udara. Namun, impian itu
buyar karena terbentur status lahan.
Ia pun beralih dan mencari lokasi lain. Kalbar siap. "Ini baru pertama kali di Indonesia," kata dia.
Kabupaten Ketapang, kata Dahlan, sangat kompak masyarakatnya.
Baginya, kegagalan di Kaltim hanyalah menjadi jalan untuk menemukan
lokasi yang lebih baik, siap dan mantap, yakni Kabupaten Ketapang.
Peringkat
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Kalbar, Hazairin mengatakan, Kalbar saat ini masih berkisar di peringkat
12 atau 13 secara nasional dalam produksi padi.
Ia menambahkan, luas lahan yang ditanami dalam setahun sekitar 430.000 hektare.
"Produksi sekitar 1,37 juta ton gabah kering giling," ujar Hazairin.
Ia melanjutkan, dengan adanya tambahan dari kawasan pangan hingga 20 ribu hektare, Kalbar bisa masuk peringkat 10 besar.
"Jika tercapai 100 ribu hektare untuk kawasan pangan di Kalbar,
setidaknya ada tambahan satu juta ton gabah kering giling. Peringkat
Kalbar tentu akan naik lebih tinggi," ujar dia.
Di Desa Sungai Jawi, untuk tahap pertama yang sudah siap luasnya 3
ribu hektare. Kemudian akan ditambah hingga 40 ribu hektare sesuai
usulan daerah. Sedangkan secara keseluruhan, di Kalbar ditargetkan akan
ada 100 ribu hektare lahan khusus untuk kawasan pangan dengan didukung
konsorsium BUMN.
Keterlibatan konsorsium BUMN itu akan dimulai pada tahun 2013.
Selain PT Sang Hyang Sri, BUMN tersebut di antaranya Perum Bulog dengan
luas kawasan seribu hektare.
Kemudian PT Pupuk Indonesia dengan luas kawasan yang akan dikelola berkisar antara 25 ribu - 50 ribu hektare.
Sistem pengelolaan yakni lahan yang sudah ada dibantu konsorsium
BUMN agar produktivitas petani meningkat. Sedangkan dari pihak
Kementerian Pertanian, membantu melalui benih subsidi, pupuk subsidi
serta alat pertanian.
Secara nasional, pada 2013 ada lahan 8,3 juta hektare yang akan
mendapat dukungan sarana produksi dan pupuk. Kementerian BUMN mengelola
seluas 3,5 juta hektare.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ketapang, Syamsu Akhyar mengatakan,
untuk mendapat lahan 100 ribu hektare sebagai kawasan pangan, Pemkab
Ketapang siap.
"Masih banyak kawasan yang bisa disiapkan untuk itu," kata Syamsu Akhyar.
Tambah Pangan
Berapa jumlah beras yang harus disiapkan Indonesia untuk mengantisipasi penambahan penduduk?
Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Hermanto
punya jawabannya. Menurut dia, Indonesia setidaknya harus menambah
ketersediaan beras hingga tujuh juta ton pada 2025 - 2030 untuk
mengantisipasi penambahan jumlah penduduk.
Kalau dalam bentuk rupiah, dengan asumsi harga beras Rp6 ribu, maka ada dana Rp42 triliun yang disiapkan.
"Artinya, Indonesia harus menambah lebih dari satu juta hektare lahan sawah untuk mengantisipasi hal itu," kata Hermanto.
Menurut dia, berdasarkan estimasi laju pertumbuhan penduduk pada
rentan waktu 2005 - 2010, yakni 1,3 persen. Jumlah penduduk 233,48 juta
jiwa dengan tingkat konsumsi beras bruto 139,5 kilogram perkapita;
kebutuhan beras mencapai 32,49 juta ton.
Sedangkan pada 2025-2030, laju pertumbuhan penduduk diperkirakan
0,92 persen. Asumsi lain, jumlah penduduk menjadi 286,02 juta jiwa dan
tingkat konsumsi beras tetap 139,5 kilogram perkapita maka kebutuhan
beras menjadi 39,8 juta ton.
Ia melanjutkan, permasalahan yang muncul, terjadi konversi lahan pertanian dengan kisaran 63 ribu hektare per tahun.
"Kondisi ini terutama terjadi di Jawa, sentra produksi beras Indonesia," kata dia.
Pemerintah berupaya mengalihkan ke lokasi lain di luar Jawa untuk menambah luas lahan sawah seperti Kalimantan.
Namun, harus diakui kondisi lahan-lahan baru itu juga tidak sesubur seperti di Pulau Jawa.
Selain itu, ujar Hermanto, status dari lahan yang dicadangkan untuk cetak sawah baru juga masih belum jelas.
"Di Kaltim misalnya, disebutkan 100 ribu hektare lahan siap untuk
cetak sawah baru. Ternyata, yang bisa hanya dua ribu sampai tiga ribu
hektare," kata dia.
Ia menegaskan, secara umum, Indonesia tidak mempunyai masalah dalam ketersediaan lahan.
"Tetapi akses terhadap lahan yang jadi masalah," katanya.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka dibutuhkan pengaturan
terhadap laju pertumbuhan penduduk dan konsumsi beras perkapita.
Upaya lain yang dilakukan dengan menggencarkan diversifikasi pangan
meski saat ini masih skala kecil sehingga harganya terbilang mahal.
"Pengadaan impor hanya untuk memperkuat cadangan beras nasional," kata Hermanto.
Hazairin mengakui, pangan akan menjadi komoditi yang sangat
strategis di masa mendatang. "Siapa yang menguasai pangan, dialah yang
bisa menguasai dunia," kata Hazairin.
Indonesia, katanya, termasuk Kalbar, mempunyai kekayaan alam yang luar biasa meski belum dimanfaatkan secara optimal.
Dari Kalbar, mimpi menjadi "penguasa" pangan di dunia, bukan tidak mungkin bakal dimulai.
(T011)
Kalbar Bakal Jadi Lumbung Pangan Nasional
Senin, 24 Desember 2012 10:41 WIB
BUMN akan 'all out' untuk menyukseskan ini