Singapura (Antara Kalbar) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan berbagi kebijakan ekonomi Indonesia untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan investasi besar-besaran di seluruh Indonesia di hadapan para "CEO" perusahaan, bankir, investor internasional dan para analis.
"Kami melakukan dua pekerjaan besar sekarang, yaitu pembangunan infrastruktur (untuk) konektivitas dan investasi besar-besaran di seluruh Indonesia. Kami punya target yang ambisius sampai tahun 2030. Kami berharap ini bisa berjalan dengan baik," kata Presiden Yudhoyono saat menjadi narasumber dalam "Forum Newsmaker Thomson Reuters" di Singapura, Selasa.
Forum itu biasanya menampilkan tokoh-tokoh dunia berpengaruh, di antaranya mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dan investor ternama George Soros.
Bertempat di kantor Thomson Reuters di One Raffles Quay, lantai 28, Singapura, Deputy Global Managing Editor dan Regional Editor Asia Dayan Candappa dan Kepala Biro Asia Tenggara Jason Szep menjadi moderator dalam kesempatan itu.
Menurut Presiden, dengan pembangunan ekonomi yang baik maka pada akhirnya Indonesia dapat mencapai tujuannya untuk mengurangi kemiskinan.
"Ekonomi Indonesia sekarang dari segi GDP paling besar di Asia Tenggara. Kalau Indonesia bisa menjaga pertumbuhannya bisa memperbesar pasar domestiknya berarti insentif bagi perdagangan dan investasi," ujarnya.
Presiden juga menyoroti kemampuan ekonomi negara-negara Asia Tenggara yang lain. Ia menilai saat Eropa dan Amerika belum pulih benar maka Kawasan Asia Tenggara adalah pilihan yang tepat untuk investasi dan menjadi pilar pertumbuhan di saat perekonomian dunia susah.
Pada kesempatan itu, Presiden Yudhoyono juga mengatakan jika dirinya memilih jalan ketiga dalam pembangunan perekonomian untuk membangun dan menjadikan masyarakat lebih sejahtera yakni bukan jalan pasar bebas ataupun antipasar.
"Terus terang saya memilih jalan ketiga yang tidak harus tergantung pada kutub-kutub itu," katanya.
Presiden Yudhoyono mengatakan Indonesia merupakan negara yang unik dengan dua kutub pemikiran dengan penganut pasar dan antipasar yang berkembang.
Untuk itu, dibutuhkan penanganan yang juga berbeda. Pasar, menurut dia dibutuhkan untuk mengembangkan perekonomian, namun demikian Indonesia membutuhkan peran pemerintah dalam pembangunan.
Oleh karen itu, Presiden membuat strategi kebijakan perekonomian empat jalur yaitu pro-pertumbuhan ekonomi, pro-lapangan kerja, pro-pengentasan kemiskinan dan pro-lingkungan.
Strategi kebijakan tersebut sampai sejauh ini telah memberikan hasil dengan pertumbuhan ekonomi mampu bertahan enam persen ditengah krisis global, dan kemiskinan yang terus berkurang.
Dalam forum itu, Presiden juga menjawab sejumlah pertanyaan dari para hadirin, di antaranya terkait masalah kebijakan subsidi BBM, pengaruh China dalam perekonomiuan di ASEAN dan pengganti Presiden Yudhoyono.