Jakarta (Antara Kalbar) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan menyelenggarakan Kongres Kebudayaan Indonesia 2013 yang dilaksanakan pada 8 hingga 11 Oktober di Yogyakarta.
"Ternyata Yogyakarta belum pernah jadi tuan rumah kongres budaya, itu alasan pelaksanaannya di sana," kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Kacung Marijan di Jakarta, Jumat.
Dengan mengangkat tema Kebudayaan untuk Keindonesiaan, menurut dia, dengan Indonesia yang plural namun mampu membangun negara adidaya kebudayaan.
Beberapa subtema dari kongres yakni berkaitan dengan budaya demokrasi, warisan dan pewarisan budaya, diplomasi kebudayaan, pengelolaan kebudayaan, dan sumber daya kebudayaan.
Lebih lanjut, ia mengatakan kongres akan menghadirkan pembicara kunci yakni Sri Sultan Hamengkubuwono X yang berbicara tentang Warisan dan Pewarisan Budaya.
Pembicara kunci lainnya antara lain Azyumardi Azra, Yudi Latif, Ignas Kleden, dan Nirwan Arsuka. Sedangkan pembicara utama yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, dan UNESCO Paris.
Kongres, menurut dia, ingin membentuk komitmen Keindonesiaan tertuang dalam dokumen yang dapat disosialisasikan ke masyarakat, bahwa Indonesia plural tetapi tetap kokoh dalam perbedaan.
"Contoh budaya berdemokrasi dalam 10 tahun ini sangat terbuka. Kelembagaan semua ada, tetapi ada pertanyaan kenapa masih ada masalah," katanya.
Harapannya kelembagaan yang masih bermasalah dalam era demokrasi ini, menurut dia, dapat di isi dengan kebudayaan.
Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia Muklis Paini mengatakan dari penyelenggaraan kongres kebudayaan selama ini memang ada masalah-masalah kebudayaan yang menjadi keresahan dalam masyarakat dalam lima tahun terakhir.
Ada masalah mendasar dalam keindonesiaan sekarang, seperti timbulnya gerakan yang seakan menantang keindonesiaan tersebut seperti terorisme dan aksi geng motor, ujar dia. "Mereka tidak takut mati karena menganggap mati sahid," ujar dia.
(E.S. Syafei)