Pontianak (Antara Kalbar) - PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Barat akan mengupayakan percepatan perbaikan PLTG berkapasitas 30 MW di Siantan, Pontianak Utara, yang dijadwalkan berlangsung satu bulan sejak 21 September.
"Ada beberapa upaya yang dilakukan agar target tersebut tercapai," kata Manajer Sektor Kapuas PLN Wilayah Kalbar Parlindungan Sihombing di area pembangkitan di Siantan, Rabu.
Upaya tersebut di antaranya menyiapkan dua shif kerja yang melibatkan 40 teknisi dan bekerja 24 jam. Kemudian, mendatangkan ahli dari General Electric regional Asia.
General Electric merupakan perusahaan pembuat mesin pembangkit terbesar di Kalbar itu. Selain itu, juga menjaga ketersediaan material maupun peralatan agar kinerja teknisi tidak terhambat.
Ia menjelaskan, PLTG mempunyai tiga jadwal pemeliharaan dengan tenggat waktu 8 ribu jam. Saat ini, pemeliharaan pada tahap 8 ribu jam pertama.
"Sebenarnya, sudah melewati jam operasional tetapi karena ada berbagai even penting seperti keagamaan dan politik, maka PLTG Siantan mulai stop operasional pada 21 September untuk menjalani perawatan rutin," ujar Parlindungan.
Pada tahap pemeliharaan "combustion inspection" ini, dilakukan pemeriksaan terhadap ruang bakar PLTG.
Menurut Parlindungan, ruang bakar sangat penting bagi PLTG karena tempat pembakaran temperatur dan tekanan yang tinggi.
"Kalau ada pecahan barang, ukurannya sebesar biji kacang saja, dan mengenai turbin berkecepatan lima ribu RPM, bisa hancur," katanya.
Ia menegaskan, untuk itu PLN memilih menghentikan mesin secara terencana dibanding tidak terencana.
"Dampaknya jauh lebih luas, untuk itu kami mohon masyarakat maklum dan bersabar serta mendukung upaya kami," kata Parlindungan.
Deputi Manajer Hukum dan Komunikasi PLN Wilayah Kalbar, M Doing mengatakan, masyarakat dapat menghemat penggunaan listrik saat beban puncak.
"Dengan berhemat sedikit, selisih beban puncak dengan kemampuan mesin pembangkit tidak terlalu lebar. Harapannya, pemadaman tidak terlalu luas dan lama, mesin PLN pun lebih terjaga," katanya.
PLTG Siantan menyuplai Sistem Khatulistiwa yang mencakup Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Pontianak, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas dan Bengkayang serta sebagian Landak.
Beban puncak di Sistem Khatulistiwa berkisar 230 MW sehingga terjadi defisit sekitar 20 MW seiring pemeliharaan PLTG Siantan.