Sekadau (Antara Kalbar) - Komisi A DPRD Kabupaten Sekadau melakukan kunjungan kerja (kunker), Jum’at (15/11), dengan meninjau pembangunan gedung kantor Camat Sekadau Hilir yang berlokasi di kawasan Mungguk Ransa dan Balai Pembibitan Ternak Babi (BPTB) di Desa Perongkan, Kecamatan Sekadau Hulu.
Dari tujuh orang anggota komisi A, hanya tiga orang yang ikut dalam agenda Kunker tersebut. Mereka adalah Paulus Subarno, ketua komisi, Nobertus, dan Nehemia Rentha.
Sementara, empat orang anggota komisi A lainnya absen, dan mereka adalah Muhammad, Handy, Radius Effendy dan Herkulanus T.
Di lokasi pembangunan gedung kantor itu, para dewan berbincang-bincang dengan para pekerja bangunan. Untuk diketahui, pengerjaan gedung kantor Camat Sekadau Hilir menelan dana dari APBD Kabupaten Sekadau TA 2013 sebesar Rp 2,258 miliar.
Pekerjaan fisik diberi waktu selama 90 hari kalender. Masa kerja akan habis pada tanggal 30 november mendatang. Berdasarkan pantauan, progress pembanguann gedung sudah mencapai 80 persen.
"Memang progress pengerjaan bangunan agak lamban. Hal itu dikarenakan saat ini ketersediaan material relatif sulit. Selain iatu, faktor cuaca turut berpengaruh pada lambannya pengerjaan. Sekarang cari material agak susah, bahkan kita harus beli ke Pontianak,†tutur Pengawas lapangan pembangunan gedung kantor camat Sekadau Hilir, Ari kepada pers yang mengikuti kunker tersebut.
"Saat ini pengerjaan sudah memasuki tahap finishing. Mengingat masa kontrak tinggal menyisakan waktu lebih kurang dua minggu kedepan, saya berjanji pihak kita akan berusaha mengoptimalkan pekerjaan," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Komisi A, Paulus Subarno memberikan beberapa catatan kecil terkait pembangunan gedung kantor itu dan meminta agar pekerjaan dapat berpacu dengan waktu dan sesuai metode teknis.
Usai meninjau pembangunan gedung kantor Camat Sekadau Hilir, rombongan komisi A melangkahkan kaki menuju Balai Pembibitan Ternak Babi (BPTB) di Desa Perongkan, Kecamatan Sekadau Hulu.
Setibanya di lokasi, rombongan langsung memantau pengembangbiakan ternak babi yang dibina oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan (Distankannak) Kabupaten Sekadau itu.
Kepala Distankannak Kabupaten Sekadau, Adrianto Gondokusumo yang turut hadir di BPTB menjelaskan, saat ini setidaknya sudah ada 30-40 ekor babi dengan jenis beragam. Untuk pengembangbiakan, terdapat 10 ekor babi betina dan dua ekor jantan. Setiap kali beranak, satu ekor induk bisa melahirkan 5-6 ekor anak babi. Jika ada 10 ekor induk, maka dalam satu periode beranak bisa menghasilkan 50-60 ekor anak babi.
"Ternak babi pun diberi perlakuan khusus. Kandang kawin dipisahkan dengan kandang pengembangan. Totalnya ada empat buah kandang termasuk kandang karantina untuk ternak yang sakit. Disini ternak diberi perlakuan istimewa oleh petugas khusus yang ditempatkan disini. Kesehatan ternak sangat diperhatikan. Penanganannya pun dilakukan secara professional,†jelas Adrianto.
Adrianto melanjutkan, BPTB dalam beberapa tahun mendatang bisa diandalkan untuk menjadi sentra pemasok daging babi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Kabupaten Sekadau. Saat ini, permintaan daging babi masih cukup tinggi. Ini saja perkembangannya sudah terlihat. Dalam beberapa tahun kedepan kita yakin BPTB ini bisa menjadi produsen daging babi yang bisa diandalkan.
Ketua Komisi A, Paulus Subarno menyatakan pada prinsipnya pihaknya mendukung keberadaan BTPB di Kabupaten Sekadau. Ia turut gembira melihat potensi yang ada pada BPTB. Namun demikian, ada beberapa ctatan yang mesti diperhatikan. Salah satunya yakni aspek lingkungan. BPTB harus berasaskan lingkungan.
"Untuknya, perlu diterbitkan ijin lingkungan semisal Amdal agar operasional BPTB tidak mengganggu kelestarian lingkngan sekitar. Disini kan ada limbah (kotoran). Harus dibuat kajian lingkungannya. Mesti ada Amdal,†kata Barno sapaan akrabnya.
Sementara, anggota komisi A, Nobertus menambahkan, dengan luas lahan serta jumlah ternak yang ada, perlu penambahan personil untuk mengurusi BPTB tersebut.
"Saat ini, hanya ada satu orang tenaga honorer yang ditugaskan di BPTB. Kalau hanya sendirian, kewalahan juga. Perlu penambahan tenaga untuk mengurus operasional BPTB ini,†saran Nobertus.
